Lihat ke Halaman Asli

dedi s. asikin

hobi menulis

Bencana di Sana-sini

Diperbarui: 17 Januari 2021   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Langkah baru diayun di awal 2021 ini. Tiba-tiba musibah datang silih berganti. Bahkan dalam waktu bersamaan. Banjir, longsor, gempa dan pesawat nyungsep ke laut. Mulanya  banjir mengepung kota dan Kabupaten Bandung, Kabupaten Bogor dan Garut. Di Kabupaten Bogor, terjadi di 10 kecamatan. Banjir besar juga melanda Provinsi Kalimantan Selatan. Menurut Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono, banjir besar di sana disebabkan pembukaan perkebunan kelapa  sawit yang merusak ekologi tanah.

Lalu tangis pilu dan duka nestapa terdengar dari lembah kampung Bojongkondang, kecamatan  Cimanggung Kabupaten Sumedang. Dua kali longsoran bebatuan bercampur tanah mengurug puluhan Rumah. 40 orang dikabarkan tewas. 24 sudah berhasil dievakuasi, 16 lainnya sampai 14 Januari masih dalam pencarian. Dari daftar korban itu terdapat 3 orang korban  justru sedang menolong korban longsoran pertama. Mereka adalah Danramil Cimanggung Kapten Setyo Pribadi, Katrantib Kecamatan Cimanggung Syuhada dan Kasi Kedaruratan BPBD Sumedang Yedi. Mereka gugur tertimbun longsoran  ke dua.

Pada hari yang bersamaan, terjadi musibah penerbangan.  Sebuah pesawat Boeing 737  milik Sriwijaya Air rute Jakarta Pontianak, terjun menukik masuk perairan laut pulau Seribu. 56 penumpang plus 6 crew pesawat dikabarkan tewas. Evakuasi korban masih terus dilakukan.

Terahir, 3 hari lalu tersebar kabar, gempa bumi berkekuatan 6,2 SR menggoncang bumi Sulawesi Barat. Dikabarkan korban meninggal 27 orang di Kabupaten Majene dan 36 di Kabupaten Mamuju. BMKG mengisyaratkan kemungkinan  masih akan terjadi gempa susulan yang berpotensi tsunami.

Karena faktor geografi dan topografi nusantara kita memang memiliki potensi bencana alam. Menurut catatan BNPB selama tahun 2020 telah terjadi 2.925 bencana alam.

Kepala BPNB Doni Munardo menuturkan bencana alam itu meliputi : Banjir 1065 x, Puting beliung 873 x, Longsor 572 x, Gempa bumi 16 x, Gelombang pasang 36 x, Kekeringan 29 x, Kebakaran hutan dan lahan 326 x dan Erupsi gunung berapi 7 x.

Banjir dikabarkan melanda Manado Sabtu 16 Januari. 9 kecamatan terendam dengan ketinggian 50 sampai 300 meter. Banjir terjadi akibat  hujan dengan intensitas tinggi dan keberadaan tanah yang labil.

Lalu Gunung Semeru di Jawa Timur  menyemburkan awan panas.

BNPB mencatat selama 16 hari di tahun 2021 ini, terjadi 136 peristiwa bencana. Peristiwa itu menyebabkan 80 orang meninggal 859 luka dan 405.584 orang mengungsi.

Semua peristiwa dan musibah itu menyebabkan kondisi republik ini bertambah mencekam. Masalahnya sudah hampir setahun virus corona telah memporak porandakan negeri ini. Angka paparan harian akibat  serudukan virus itu semakin meningkat. Beberapa hari lalu menyentuh angka tertinggi  13.572 orang. 25 ribu lebih telah meregang nyawa.  Tampaknya virus ini hampir tidak terkendali. Tidak ada yang mampu memprediksi kapan serangan virus ini akan berakhir. Hanya intervensi Tuhan yang pasti mampu menghentikannya.

Banyak pihak berpendapat musibah ini bukan semata-mata takdir Allah. Tapi lebih banyak terjadi karena ulah manusia. Pendapat itu sebenarnya sudah klasik karena sudah lama terdengar. Tapi barang kali masih tetap aktual diungkap lagi sekarang. Perilaku manusia itu berwujud apriori terhadap pengrusakan alam. Penebangan pohon di bukit-bukit , pemanfaatan lereng untuk tanaman yang tidak memiliki akar tancap seperti sayuran dan hortikultura lainnya. Pembukaan lahan hunian di bawah perbukitan gundul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline