Lihat ke Halaman Asli

DW

Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Mengelola Kebocoran Emosi

Diperbarui: 13 November 2019   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Emosi karena dikejar tenggat waktu pekerjaan. (ilustrasi: freepik.com

Menjelang akhir tahun seperti ini pasti banyak dari kita yang "keteteran" sama kerjaan kantor, dan bahkan gak jarang kita bawa pulang pekerjaan ke rumah. 

Buat orang sales, situasi akhir tahun seperti sekarang ini masa-masa kritis, karena performance mereka akan diukur dari pencapaian tahunan.

Itulah mengapa saat ini HP kita sering berbunyi, banyak telpon dari para teman-teman sales yang menjual KTA atau pinjaman, dan sering sekali dalam 1 hari bisa 5 kali telepon dari Bank yang sama.

Dalam bisnis kami pun sama, sebagai lembaga yang bergerak di bidang Human Development akhir tahun seperti ini kami banyak agenda, ada permintaan dari client untuk kick off, atau sekedar program realisasi anggaran.

Intinya, saya, anda dan sebagian dari kita, ketika memasuki akhir tahun biasanya kesibukannya mendera 2 kali sampai dengan 3 kali lipat.

Mengapa saya menarik menulis ini? tidak ada maksud menjual program pelatihan ataupun menggurui sahabat semua, saya hanya mau berbagi dari sudut pandang saya sebagai seorang karyawan biasa. 

Memang ketika kita diperhadapkan oleh situasi yang mengharuskan kita "berlari" cepat, kita sebagai karyawan tidak kuasa menolak, yang kita bisa hanya menerima, dan mencoba mengikuti derap langkah bos, manajemen dan perusahaan. 

Dan ketika target dan beban pekerjaan yang diberikan ke kita menjadi double atau triple, kita pun tan kuasa mengatakan "TIDAK!!", yang kita bisa katakan hanya BAIKLAH.

Kita mencoba mengerjakan yang diorder, kita berusaha menyelesaikan tanpa terbawa beban. Tapi belum juga selesai 1 pekerjaan, kita sudah didera oleh pekerjaan lain, dan semuanya menjadi prioritas dan urgent. 

Kita mengikuti yang bos dan perusahaan mau, betul ya? karena kita juga tidak mau mati konyol dengan mengatakan tidak, betul ya? nah ini problemnya..

Ketika pekerjaan yang diberikan ke kita menjadi double, triple dan lainnya, yang kita lihat adalah kerepotan yang tak berujung, ekpresi dari rasa menolak atas tugas itu kita ubah menjadi kalimat "gue lagi, gue lagi..", si A koq santai banget sih, kenapa sih bukan dia aja yg ngerjain.." atau "wah lembur dirumah nih, mana gue janji lagi sama anak gue minggu ini mau ke mall.." . 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline