Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Nostalgia Ramadan Masa Kecil: Ada Maling tetapi Ketuk Pintu?

Diperbarui: 19 April 2021   14:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mengetuk pintu. Sumber: iStock via Tribunnews.com

Ramadan selalu indah, apalagi saat masih kecil. Karena, selain belum wajib ikut berpuasa, saat kecil juga tidak perlu memikirkan mau sahur dengan menu apa, dan berbuka dengan menu apa.

Tetapi, ada yang tidak saya suka ketika Ramadan masa kecil, yaitu sering sakit. Hampir banyak momen Ramadan yang saya lupakan, karena lebih banyak tergolek di kasur daripada ikut meramaikan suasana Ramadan.

Ketika sakit pun rasanya menyebalkan banget ketika masih terasa lama, bahkan sampai takbir pertanda Hari Raya Idul Fitri tiba terdengar. Meski begitu, saya ajak pembaca mengingat salah satu momen kala Ramadan yang berhasil saya ingat pagi ini.

Ramadan entah sejak kapan, sudah identik dengan kebiasaan orang-orang membangunkan untuk bersahur. Sebenarnya, tanpa itu, pertanda sahur pun sudah ada dari masjid.

Kebetulan, rumah masa kecil saya dekat dengan masjid. Hanya sekitar 100-an meter. Dengan status masjid itu adalah masjid besar, bahkan di kabupaten tersebut, maka kualitas 'halo-halo'-nya pasti dapat menjangkau beberapa tempat di sekitarnya, termasuk kampung tempat tinggal saya.

Namun, karena seperti sudah menjadi kebiasaan, orang-orang di kampung masih membangunkan orang untuk bersahur dengan cara mengunjungi rumah-rumah. Kebetulan di kampung itu juga tidak banyak rumah, mungkin tidak sampai 50 rumah saat itu.

Orang-orang yang membangunkan pun pada kemudian hari saya ketahui dilakukan oleh pemuda-pemudanya dan anak-anak di jenjang SD menjelang SMP. Mereka juga pasti laki-laki.

Biasanya mereka juga membangunkan dengan cara memukul benda-benda yang berbunyi seperti kentongan bambu, ember, kaleng cat, dan sejenisnya. Kalau sudah begitu, biasanya mereka berada di titik strategis, karena dengan memukul benda-benda itu, suaranya pasti terdengar sampai ke beberapa rumah.

Soal apakah mereka terbangun karena suara itu atau tidak, saya tidak tahu. Mungkin, malah banyak orang sudah terbangun sebelum ada suara itu.

Saat itu memang belum ada ponsel canggih seperti sekarang. Tetapi, saat itu beker masih populer. Banyak rumah, setahu saya mempunyai beker.

Ilustrasi keberadaan jam weker (beker). Sumber: Ridofranz via Kompas.com

Bahkan, rumah sederhana seperti tempat tinggal saya pernah ada beker. Tentu, harganya tidak semahal punya orang lain.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline