Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

3 Hal Penting bagi Erling Haaland atas Debut Fantastisnya

Diperbarui: 21 Januari 2020   05:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penyerang Bosrussia Dortmund, Erling Braut Haaland, melakukan selebrasi setelah mencetak gol ke gawang Ausgburg di Stadion WWK Arena, Sabtu (18/1/2020). (Foto: AFP/MARCEL ENGELBREC)

Mencetak hattrick dalam 20 menit mungkin "biasa" bagi striker di seluruh dunia. Namun, ketika hal itu dilakukan oleh pemain yang menjalani debut di klub baru, itulah yang tidak banyak pemain dapat melakukannya.

Erling Braut Haaland adalah si pemain yang berkesempatan untuk melakukannya, dan itu menjadi trending topic di Jerman maupun di Austria -bekas kompetisi yang dia arungi sebelumnya. 

Bahkan, bisa saja di kalangan penggemar Manchester United, ini adalah hal yang sangat mengecewakan. Karena, penyerang asal Norwegia itu pernah diisukan akan direkrut oleh Man. United.

Namun, si pemain justru memilih bergabung dengan Borussia Dortmund. Suatu pilihan yang bisa dikatakan tepat. Karena di usianya yang masih belum genap 20 tahun, sangat riskan untuk langsung bermain dengan nama klub sebesar Man. United. Mengapa?

Tuntutan. Tuntutan di klub seperti Manchester United pasti berbeda dengan di Borussia Dortmund. Apalagi Dortmund adalah salah satu klub di Eropa yang sangat ramah untuk pemain-pemain muda. Terbukti, Robert Lewandowski, Shinji Kagawa, Nuri Sahin, dan Mario Goetze pernah dibesarkan oleh Dortmund.

Dortmund seperti Ajax di Eredivise Belanda, juga seperti Southampton di Premier League Inggris. Mereka adalah klub-klub yang sangat percaya dengan kualitas pemain muda, dan mereka tidak mengincar target jangka pendek.

Kalaupun mereka dapat meraih juara, itu karena mereka mencari titik-titik peluang, tidak seperti klub-klub (bernama) besar yang ambisius untuk meraih banyak gelar dalam semusim. 

Sedangkan klub-klub seperti Dortmund lebih mengutamakan pertumbuhan dan perkembangan permainan -dan pemain. Juara adalah bonus dari kerja keras itu.

Sebenarnya di Ajax juga demikian. Hanya, karena Ajax adalah tim besar di liga Belanda, maka mereka sudah terbiasa menargetkan juara khususnya untuk bersaing dengan PSV Eindhoveen dan lainnya di kompetisi domestik. 

Namun jika berbicara pentas Eropa, mereka akan menganggap kompetisi itu adalah panggung untuk "bersenang-senang", bukan dengan tekanan.

Terbukti, ketika mereka mulai percaya diri dan mendapatkan tekanan -untuk ke final, justru mereka gagal. Begitu pula pada Dortmund di era Jurgen Klopp yang secara step by step mencoba membangun pondasi untuk juara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline