Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Tak Bolehkah Ada Dua Matahari di Satu Galaksi?

Diperbarui: 1 Desember 2018   13:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marc Marquez dan Jorge Lorenzo di Repsol Honda 2019. (Twitter.com/Jessansan)

"Menantikan duet maut Repsol Honda di MotoGP musim 2019."

Sesuatu yang besar selalu menjadi perdebatan, "apakah bisa sesuatu yang sama dimasukkan ke wadah yang sama?"

Tak ada yang bisa menjawabnya dengan pasti, karena memang semua bergantung pada keadaan. Manusia tak pernah lepas dari reaksinya terhadap keadaan. Jika keadaannya baik, maka sikap manusia juga baik. Begitu pula, jika sikap manusia baik, keadaan juga akan baik. Artinya, manusia bisa memberikan dampak, juga akan merasakan dampak.

Hal ini bisa terjadi di dunia olahraga, yang mana setiap orang berpacu dengan keadaan dan sesama (kompetitornya) untuk dapat menunjukkan diri sebagai yang terbaik. Karena olahraga identik dengan siapa yang menang, kalah dan yang terbaik. Pemenang belum tentu terbaik. Tapi siapa yang terbaik, itu berasal dari yang dapat meraih kemenangan.

Olahraga melahirkan juara, pembuktian dan legenda. Termasuk di dunia balap motor seperti Moto GP yang setiap musimnya menghasilkan juara dunia, baik itu pebalapnya maupun timnya. Pebalap itulah yang kemudian menjadi ikon yang dapat menjadi bukti bahwa dirinya dapat menjadi yang terbaik---yang pada akhirnya menjadi legenda di akhir perjalanannya (pensiun).

Berbicara soal Moto GP, kita tak akan pernah asing dengan nama Valentino Rossi. Betul, dia adalah salah seorang legenda balap yang masih aktif membalap dan masih diperhitungkan untuk dapat menjadi calon juara dunia di setiap musimnya. Berkarir panjang di dunia balap motor dan juga memiliki rentetan juara yang cukup panjang, membuat siapapun penikmat salah satu olahraga populer ini tak bisa menutup mata terhadap kehadiran pebalap asal Italia ini.

Nomor 46 dan bendera warna kuning dengan simbol matahari tak pernah absen menghiasi bagian tribun penonton di setiap seri balapan. Di sirkuit Asia, Eropa, Amerika, semua ada fans The Doctor (julukan Valentino Rossi). Mereka juga berasal dari berbagai negara seluruh benua di dunia ini, dan semua mengakui kualitasnya. Mengingat sejarahnya dan keberadaannya yang masih ada sampai generasi yang lahir di tahun 2000-an masih bisa melihat kelihaiannya menyalip pebalap-pebalap lain yang usianya masih 20-an tahun dan masih di level MotoGp---kelas di atas Moto2 dan Moto3 yang ada di ajang Moto GP.

Di kelas MotoGp ini terhitung hanya tinggal beberapa pebalap yang usianya sudah kepala tiga selain Rossi. Sebut saja Jorge Lorenzo, Andrea Dovizioso, Carl Cruthclow, Thomas Luthi, dan pebalap yang baru saja menyatakan pensiun di akhir musim 2018, Dani Pedrosa. Artinya, sosok seperti Valentino Rossi adalah langka. Tidak banyak yang bisa melakukan hal seperti Valentino Rossi---menjaga semangat yang sama untuk tetap berada di lintasan dengan level kejuaraan yang masih tinggi.

Tak hanya pendukungnya saja yang menghargai keberadaannya, pebalap lain dan pendukung pebalap lain juga menghargai eksistensinya. Karena tak banyak pebalap yang dapat meregenerasikan 'dirinya' ke lintasan balap motor Moto GP. Kita bisa melihat dirinya berhasil mendirikan sekolah balap yang pada akhirnya dapat mendirikan SKYVR46. Sebuah tim balap yang ada di Moto3 dan Moto2. Keberadaan tim ini juga bukan sekedar tim 'hore', melainkan juga turut berupaya mengejar prestasi berupa titel juara dunia melalui pebalapnya.

Di kelas Moto2, akhirnya tim SKYVR46 ini berhasil menyabet juara dunia bersama Francesco Bagnaia. Bagnaia yang juga merupakan anak didik langsung dari Rossi ini juga pada akhirnya naik kelas ke MotoGp dan akan satu trek balap bersama sang guru musim depan (2019). Pebalap yang juga berasal dari Italia ini akan menggunakan motor Italia dari Ducati bersama tim Pramac.

Keberadaan Bagnaia sebagai juara dunia di Moto2 menunjukkan bukti eksistensi yang lain dari Rossi. Bahwa Rossi tidak akan pernah 'cuci nama' dari ajang balap motor. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline