Lihat ke Halaman Asli

Dean Ruwayari

TERVERIFIKASI

Geopolitics Enthusiast

Resesi Global di Depan Mata, UNCTAD Saran agar Pemerintah Ambil Kebijakan yang Lebih Pragmatis

Diperbarui: 10 Oktober 2022   05:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Ilustrasi (Shutterstock/Gguy via KOMPAS)

Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan turun menjadi 2,5% pada tahun 2022, dan 2,2% pada tahun 2023. Perlambatan tersebut mengakibatkan penurunan pendapatan global sekitar 17 triliun dolar.

Pada 14 Juli Steven Blitz dari ts Lombard, sebuah perusahaan riset investasi, memprediksi akan terjadi resesi tahun ini di Amerika Serikat, sehari setelah Bank of America memprediksi hal yang sama.

Bank Goldman Sachs, memperkirakan PDB di zona euro turun di kuartal ketiga dan keempat tahun ini. Pencarian Google Amerika untuk kata kunci "resesi" tidak pernah setinggi sekarang. Para trader menjual tembaga (indikator sektor industri sedang tidak baik-baik saja), membeli dolar (pertanda kalau mereka cemas) dan memperkirakan pemotongan suku bunga pada tahun 2023.

Kini, semua pemimpin di seluruh dunia menghadapi masa depan menantang yang sama - RESESI GLOBAL yang sudah di depan mata. Bulan lalu Bank Dunia memberikan warning kepada bank-bank sentral jika menaikan suku bunga terlalu tinggi dapat menyebabkan resesi global tahun 2023.

Sekarang topiknya berubah. Bukan lagi tentang apakah akan ada resesi, melainkan tentang seberapa parah resesi tahun depan menghantam ekonomi global.

Perusahaan konsultan keuangan KPMG mensurvei 400 Pemimpin Bisnis di  Amerika Serikat. 91% peserta survei memprediksi resesi. Hanya 34% memperkirakan jika resesi yang terjadi nantinya akan ringan dan pendek. Sisanya hampir 66% memprediksi jika resesi akan sangat lama dan menyakitkan.

Para pemimpin bisnis tersebut melacak pasar kerja. Jadi mereka tahu tentang hutang dan investasi. Saat ini mereka memprediksi resesi yang terjadi nantinya akan sangat menyakitkan.

Pemimpin-pemimpin perusahaan terkemuka mulai bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk dari resesi. Langkah kebanyakan perusahaan adalah dengan memecat karyawan, apalagi perusahaan tingkat menengah. Survei baru-baru ini menemukan bahwa 25% dari perusahaan tingkat menengah memecat karyawan.  

Bahkan beberapa telah melakukan PHK. Sisanya lagi merencanakannya untuk melakukan PHK dalam rentang waktu 12 bulan mendatang. Hal ini merupakan indikator bahwa lampu merah resesi sedang berkedip-kedip. Bagaimana tidak, selama resesi tahun 2008 tingkat pengangguran Amerika naik dua kali lipat dari 5% menjadi 10%. Hal yang sama terjadi selama masa lockdown tahun 2020, tingkat pengangguran AS mencapai 14,7%. Yang jadi sekarang adalah apakah tahun 2023 akan sama?

Goldman Sachs percaya bahwa pengangguran AS akan meningkat dari 3,6 menjadi 4 persen, jadi bukan peningkatan besar-besaran tetapi masih substansial. Bahkan badan PBB UNCTAD sudah mulai membunyikan alarm.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline