Lihat ke Halaman Asli

Davidra

Seorang Penggiat Sosial

Matematika Sorga

Diperbarui: 3 Agustus 2021   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kita mampir di supermaket B sebentar ya uda, tissue di rumah sudah habis," kata istri.                                                                                                       Lalu dijawab suami, "Kalau kita beli yang dijual adik- adik pengasong ini bagaimana bun,"?.                                     

"Udaa..di supermarket itu harganya lebih murah,selisihnya 2 ribu rupiah uda," si istri menjawab dengan sedikit penekanan.  
                                                                            

Suami menjawab dengan argumen, "Saya paham dengan maksudmu dan itu benar, tapi..tidak ada salahnya kita membeli tissue yg dijual adik ini..walaupun agak mahal 2 ribuan, bukankah kita telah membantu orang yg sudah mau berusaha di tengah terik seperti ini".  
Lampu hijau menyala, si suami sedikit menaikkan gas motor maticnya ketika klakson di belakang mulai bersahutan seperti orang kehausan.. dan percakapan itu berlalu begitu saja.

Perdebatan kecil diatas adalah kenyataan dalam keseharian kita, prinsip ekonomi dan hitungan  matematika begitu fasih dalam pikiran, terlebih bagi ibu - ibu yang tugasnya memang mengendalikan perputaran uang dalam rumah tangga.

Namun, kita juga patut memahami argumen dari si suami seperti perdebatan diatas, mungkin dia juga punya prinsip ekonomi dan hitungan matematika, tapi berbeda dengan pemikiran orang biasa.           Si suami berfikiran untuk barang-barang tertentu, tidak ada salahnya kita membeli di penjual asongan atau di pedagang- pedagang kecil, walaupun harganya tidak semiring di supermarket.

Kita mesti memahami, pedagang asongan dan kedai kecil tersebut menjual barang "sedikit"  mahal karena mereka  mendapatkan barang bukan dalam jumlah besar dan jauh dari alur distribusi, tentu saja mendapatkan harga modal tidak seperti si pemilik supermarket, bahkan banyak dari mereka (pedagang kecil) hanya berbagi untung dari orang yang memodali.

Bila kita kalkulasikan nominal keuntungan berbelanja di Supermarket tentu jalan fikiran         suami tadi bisa kita cap sebagai fikiran orang yang tidak waras.                
Tapi nominal keuntungan berbelanja di supermarket juga tidak sertamerta membuat kita kaya, dan tidak ada salahnya kita alihkan saja nominal keuntungan tadi kepada saudara kita "orang-orang kecil" ini, intinya belanja sambil beramal.                    
Berbelanja pada pedagang asongan dan kedai- kedai kecil walau hanya untuk barang- barang tertentu saja, akan berdampak besar bagi saudara- saudara kita, akan banyak  yang tertolong, akan banyak semangat yang terbangkitkan dan akan banyak harapan yang terpanjangkan.                                

Bila semuanya kita belanjakan ke Supermarket yang notabene diusakan oleh pemilik modal besar, kita bisa berfikiran telah menikmati keuntungan ,tapi kita lupa..bahwa kita semakin memperkaya orang kaya dan ikut andil menyuburkan Kapitalisme di negeri ini.                  

Menghidupkan usaha kecil dari saudara - saudara kita adalah bagian dari amalan tolong menolong sesuai dengan prinsip ekonomi gotong - royong.                  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline