Lihat ke Halaman Asli

Hendrikus Dasrimin

TERVERIFIKASI

Scribo ergo sum (aku menulis maka aku ada)

Filosofi Pendidikan Titus Brandsma

Diperbarui: 7 September 2022   07:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Titus Brandsma (Foto:OCARM.org)

Biografi Singkat Titus Bransma
Anno Brandsma dilahirkan di Friesland Belanda pada tahun 1881. Anno bergabung dengan Ordo Karmelit pada tahun 1898 dan mengambil nama ayahnya, Titus, sebagai nama kebiaraannya. Titus mengikrarkan kaul kebiaraan pertamanya pada bulan Oktober 1899 dan ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 17 Juni 1905.

Sebagai seorang akademisi, Titus mengkhususkan diri dalam filsafat dan mistisisme. Pada tahun 1923, Titus mengambil bagian dalam pendirian Universitas Katolik Nijmegen dan kemudian menjabat sebagai Rektor Magnificus. Pada tahun-tahun sebelum Perang Dunia Kedua, Titus secara terbuka mengkritk ideologi Nazi. Selama pendudukan Jerman di Belanda, ia membela kebebasan surat kabar, khususnya surat kabar Katolik. Titus ditangkap pada bulan Januari 1942 dan dikirim ke Dachau, kamp konsentrasi di mana Titus menemui ajalnya karena disuntik cairan yang mematikan pada tanggal 26 Juli 1942.

Pada tahun 1985, Gereja Katolik memberikan gelar beato kepadanya. Pada tanggal 15 Mei 2022, Titus dikanonisasi (digelari orang kudus atau santo) sebagai seorang martir oleh Paus Fransiskus.

Pendidikan Titus 
Titus adalah murid yang baik yang sejak awal menyadari pentingnya nilai pendidikan. Sebagai seorang murid, ia banyak membaca dan sangat menyukai sastra serta sejarah. Setelah memasuki Ordo Karmel pada tahun 1898, Titus meneruskan kebiasaan banyak membacanya dan mulai menerbitkan tulisan-tulisannya. Ketika ia mengambil gelar doktoral dalam bidang filsafat di Universitas Gregoriana, Roma, ia juga mendalami sosiologi modern.

Profesor Universitas 
Dengan berdirinya Universitas Katolik di Nijmegen pada tahun 1923, Titus dinominasikan sebagai Profesor Filsafat dan Sejarah Mistisisme. Pada tahun 1932, Titus diangkat menjadi Rektor Magnificus (Presiden). Pelajaran-pelajaran yang diberikan oleh Titus membekas dalam diri banyak orang. Titus menemukan kembali spiritualitas negara mereka. Titus dikenal sangat baik dan para mahasiswanya selalu ingin menemuinya. Titus juga mencarikan beasiswa bagi mahasiswa yang kurang mampu. Titus melawan ideologi Sosialisme Nasional dengan cara mengkritik keras melalui berbagai pengajaran di universitasnya. Hidup Titus sungguh mendarat. Titus pernah didapati membantu seorang lelaki tua yang mendorong gerobak sampah ke atas bukit yang terletak antara universitas dan Biara Karmel. Titus meletakkan tas profesornya di atas gerobak sampah itu supaya ia leluasa menolong lelaki tua tersebut.

Profesor Titus Brandsma (Foto: OCARM.org)

Pendidikan dalam Panggilan menjadi Mistikus
Titus selalu ingin mendidik orang tentang panggilan mereka untuk menjadi mistikus. Titus mendefinisikan mistisisme sebagai: 'persatuan khusus Tuhan dengan manusia, di mana manusia menjadi sadar akan kehadiran Tuhan dan juga menjadi satu dengan Tuhan.' Titus memahami mistisisme sebagai panggilan yang ditujukan kepada semua orang. Ia banyak berbicara tentang mistisisme sehari-hari, dan yakin bahwa Tuhan adalah dasar keberadaan kita dan dapat ditemui selalu dan di mana-mana dan dalam diri sesama. Ceramahnya tentang mistisisme Karmelit, disampaikan di Amerika Serikat pada tahun 1935, adalah sungguh merupakan spiritualitas khas abad kedua puluh.

Jurnalis sebagai Pendidik
Titus tidak diragukan lagi melihat jurnalisme sebagai bentuk pendidikan. Artikel-artikelnya yang dapat diakses di surat kabar-surat kabar Katolik sungguh menampakkan secara efektif aspek pendidikan ini. Artikel-artikel tersebut dengan sendirinya menjadi semacam 'kursus singkat'.

Titus Brandsma di ruang kerja sebagai jurnalis-pendidik (Foto: OCARM.org)

Filosofi Pendidikan Titus
Bagi Titus, penting bagi pendidik untuk menghormati masing-masing pribadi murid: '...manusia tidak semuanya sama dan bukanlah merupakan suatu konstruksi atau ide belaka. Setiap manusia, dan juga setiap anak, adalah sosok unik dalam alam ini. Sangat tidak masuk akal apabila kita ingin melihat mereka tanpa memperhatikan semua perbedaan yang ada di antara mereka. Kita harus menerima orang-orang muda apa adanya.' 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline