Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Korban Berjatuhan di Sebuah Masjid Syiah Afghanistan

Diperbarui: 4 Agustus 2018   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.pribadi

Ibukota Kabul, Afghanistan sering menjadi sasaran bom bunuh diri. Baru saja, Jumat, 3 Agustus 2018, sebuah bom meledak di sebuah masjid Syiah di timur Afghanistan. 

Sekitar 25 orang dinyatakan tewas dan 40 lainnya luka-luka. Banyaknya jumlah yang tewas karena bom meledak ketika penduduk Syiah Afghanistan sedang melaksanakan sholat Jumat.

Sudah tentu semua orang menduga ledakan yang sudah berkali-kali terjadi di negara yang berbatasan langsung dengan Pakistan ini dilakukan oleh gerilyawan Taliban, yaitu gerakan nasional Islam Sunni, pendukung Pashtun dan pernah menguasai hampir seluruh wilayah Afghanistan. Itu terjadi sejak tahun 1996 hingga 2001. Tepatnya setelah Uni Soviet (sekarang Rusia) menarik diri dari wilayah itu.

Bermula pada minggu terakhir tahun 1979, tentara Uni Soviet menyerbu ke dalam wilayah Afghanistan dan dalam waktu singkat berhasil menguasai semua wilayah tersebut. 

Pada waktu ini terbentuklah enam kelompok perjuangan di Afghanistan , di mana tujuan mereka untuk mengusir Uni Soviet dari wilayah itu. Di dalam kelompok ini terdapat pula kelompok Taliban, di mana setelah pasukan Uni Soviet menarik diri dari Afghanistan, maka kelompok Taliban inilah menguasai Afghanistan. 

Tetapi situasi di Afghanistan tidak kunjung tenang dan damai. Terlihat dari pemboman yang sering terjadi, termasuk ledakan di sebuah masjid Syiah hari Jumat itu. Sepertinya sudah terjadi konflik agama di negara tersebut yang dibalut kepentingan politik. Peristiwa ini sudah tentu tidak berbeda jauh dengan kejadian di Irak, di mana Presiden Saddam Hussein (Sunni) digulingkan Amerika Serikat dengan dukungan kelompok Islam Syiah. 

dok.pribadi

Ketika saya ke Irak pada bulan September 2014, pada hari Sabtu, 20 September 2014, sempat mengunjungi masjid al-Kufa di Kufa, Irak. Penduduk Irak, mayoritas berpenduduk Islam Syiah. Itu sebabnya ketika Presiden Irak Saddam Hussein berkuasa, ini merupakan sebuah keberhasilan Islam Sunni yang minoritas di Irak bisa menguasau penduduk Islam Syiah, mayoritas penduduk Irak. Sekarang setelah setelah invasi Amerika Serikat di Irak dan Saddam berhasil digulingkan dan digantung, penerintah Irak sekarang meski berkoalisi dipimpin Islam Syiah.

Masjid al-Kufa dibangun Abad VII yang luasnya 11.000 persegi. Kufa merupakan sebuah kota di Irak. Sekarang, karena masjid ini selalu diperluas, maka wilayahnya bertambah luas. Jaraknya sekitar 170 km dari ibukota Irak, Baghdad. Sudah dapat dipastikan, saya kagum bercampur sedih. 

Pada waktu ini saya bersama staf Kedutaan Besar Indonesia di Irak sempat melihat kamar kerja menantu dan khalifah ke empat Nabi Muhammad SAW, Ali r.a. Sedih saya, karena ditunjukkan di mana Ali r.a dibunuh di dalam masjid. Beliau ditikam sewaktu melaksanakan sholat subuh.

Masjid al-Kufa ini juga sudah tentu diurus dan dirawat oleh Islam Syiah di Irak. Sebuah gambaran untuk memperjelas bahwa Irak dan Iran, dua negara bertetangga di mana mayoritas penduduknya mayoritas Islam Syiah.

dok.pribadi

Tentang Syiah ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pernah membahasnya di Musyawarah Nasional di Surabaya pada 28 Agustus 2015. Pada waktu ini hadir pula Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) us Said Aqil Siradj. 

Di dalam musyawarah ini ditegaskan bahwa Syiah merupakan bagian dari elemen umat Islam meski ada kelompok tertentu yang menolaknya. Untuk itu perlu adanya dialog antara Sunni-Syiah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline