Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Teror di Indonesia, NII dan ISIS

Diperbarui: 16 Mei 2018   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gettyimages.com

Indonesia berduka. Rentetan teror terjadi di bumi pertiwi ini. Dari Jakarta, Surabaya hingga Riau. Ketika di Riau inilah terungkap jelas, bahwa pelakunya kelompok Negara Islam Indonesia (NII) yang berafiliasi ke Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Sudah tentu kita berharap, pihak keamanan mampu meredam masalah ini, mengatasi dan tidak membiarkan para teroris hidup di bumi yang kita cintai ini. 

Memang dari konferensi pers yang dilakukan Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto di Mabes Polri Jakarta dijelaskan bahwa kelompok yang melakukan teror bukan Jaringan Teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) , tetap dilakukan NII yang berafiliasi dengan ISIS Dumai.

Sudah tentu berbicara tentang NII, kita ingat tentang Sujamardji Marijan (SM) Kartosuwiryo yang pada 7 Agustus 1949 memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII), juga berikut melahirkan UUD NII. Juga memiliki pasukan sendiri yang disebut Darul Islam Tentara Islam Indonesia (DI TII) dan tidak hanya berada di Jawa Barat, juga berkembang ke Aceh dan Sulawesi Selatan.

Untunglah, Presiden Soekarno waktu itu bersama dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil menumpas gerakan ini. Perbuatan SM Kartosuwiryo dikategorikan sebagai makar dan akhirnya ia ditangkap pada tanggal 4 Juni 1962. Sekaligus mengakhiri perjuangannya di Jawa Barat selama 13 tahun (1949-1962). Selama dua bulan ia diinterogasi  dan pada 18 Agustus 1962, SM Kartosuwiryo dihukum mati.

Sekarang masih ada pihak-pihak atau kelompok yang ingin menghidupkan ide NII itu. Bahkan berafiliasi dengan ISIS yaitu Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Sejauh yang saya lihat ketika di Irak pada tahun 2014, kekuatan ISIS itu sudah mulai pudar. Apalagi di tahun terakhir ini kekuatan ISIS di Suriah pun semakin tersudut. 

Itu sebabnya kenapa warga Indonesia yang pernah direkrut ISIS sudah kembali lagi ke Indonesia. Saya pernah berpikir, apa pekerjaan mereka di tanah air? Di Irak atau di Suriah, memang mereka dilatih membuat bom dan angkat senjata. Ini mungkin pekerjaan rumah kita, agar mereka terputus sama sekali dengan jaringan ISIS, baik di Irak dan Suriah.

Pembinaan kepada mantan anggota ISIS perlu terus kita lakukan. Masukan-masukan yang selama ini diterima di Irak dan Suriah di mana membunuh itu akan masuk surga tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Salah satu contoh yang menarik adalah ketika sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Umar ra, memasuki Jerusalem, ia tidak merusak tempat peribadatan agama lain. Di sinilah tercipta saling menghargai di antara berbagai agama. Hal ini perlu dipahami oleh pengikut ISIS yang berasal dari Indonesia.

ISIS diciptakan semata-mata demi kepentingan politik, bukan agama. Ia lahir setelah Presiden Irak Saddam Hussein jatuh dan seluruh Irak diduduki Amerika Serikat. 

Bermula dari semangat mengusir AS daru Irak, Al-Qaeda dari Afghanistan masuk ke Irak dan nembentuk Jamaah at-Tauhid wal-Jihad. Selanjutnya mereka bergabung dengan Dewan Syuro Mujahidin Irak yang terdiri dari delapan kelompok milisi bersenjata Irak.

Tahun 2006, Abu Mush'ab Al-Zarqawi, pemimpin Al-Qaeda dari Afghanistan, tewas. Ia digantukan Abu Umar al-Baghdadi dan dialah yang mendirikan Negara Islam di Irak. Tahun 2010, Abu Umar tewas dan digantikan Abu Bakar al-Baghdadi. Tanggal 9 April 2013, ia mendeklarasikan berdirinya Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS), yaitu gabungan Negara Islam Irak dengan Front al-Nusra yang berada di Suriah, maka kelompok itu bernama "Islamic State Iraq and Sham (Suriah)/ ISIS.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline