Lihat ke Halaman Asli

Hati yang Mengusung Matahari

Diperbarui: 26 Agustus 2017   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Siagalah nyalakan bara
yang kau simpan sempurna di dada.
Agar kegelapan lenyap
dan beku berlalu.
Hingga mentari memancar binar.

Jangan bergantung pada purnama.
Sebab tak selamanya purnama pancarkan cahaya sempurna.
Karena gerhanapun biasa hadir saat purnama tiba

Dan tertudung mendung menggantung

.

Jangan mencari cahaya di jantung kelam malam
berbaurlah bersams kunang
Dimana tiap kepaknya sayapnya
pancarkan gairah terang

Jangan berdiang pada embun pagi
yang terlena dingin dedaunan,
hangatkan dini harimu dengan hati
yang mengusung matahari.

Manusia bukan sekedar binatang yang bisa bicara.
Tanyalah Sulaiman AS sang Raja
semut pun berbicara lebah berkhilafah
bahasa ada pada semua mahluk-Nya
Untur bertasbih atas keagungan-Nya

Hakekat manusia ada pada karsa,
fujuroha wa taqwaha yang termaqom pada kalbunya,
sensor sign tiap derap langkah menuju surga

Di kekudusan karsa,
Biarlah bidadari bidadara surga,
cemburu melihat kemesraan kita.
Yang melepas rindu dalam kalbu, 

bercengkerama nir raga,
jima jiwa baka
Persetubuhan surga
Muntaha rasa jiwa,
mencair, mengalir semilir
di keheningan dzikir witir,
Yaa Ghoofir, Yaa Mutakabbir

Ya awwalu, Yaa Ahir

Jakarta, 26 Agustus 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline