Beberapa bulan menjelang penyelenggaraan Pemilu 2019 berbagai prediksi yang ngawur dan spekulatif banyak berkembang di media sosial. Bahkan termasuk dari beberapa pengamat politik dalam negeri.
Misalnya, peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI, Wasisto Raharjo Jati yang mengatakan bahwa Jokowi bisa melepaskan dukungan dari PDIP bila dipasangkan dengan Budi Gunawan pada Pilpres 2019 nanti.
Selain itu ada pendapat juga dari peneliti CSIS Arya Fernandez yang menyebutkan bahwa daya tawar PDIP menjadi melemah di hadapan Jokowi pasca Pilkada serentak 2018.
Dua pendapat di atas bisa dikatakan tidak benar dan hanya bersifat asumtif belaka. Pasalnya relasi antara PDIP dan Presiden Jokowi hingga sekarang baik-baik saja.
PDIP sejak awal telah mendeklarasikan Jokowi sebagai Capres 2019. Jokowi sendiri hingga sekarang merupakan kader PDIP.
Pendapat seperti di atas bisa dikatakan merupakan analisis abal-abal terkait dinamika politik di tanah air belakangan ini. Hal itu merupakan asumsi sepihak yang tidak dikonfirmasi sebelumnya.
Mereka sebagai seorang peneliti harusnya melemparkan pendapat berdasarkan kajian hasil penelitian yang ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan kevalidannya. Bukan hanya sekadar opini yang tak sesuai dengan fakta di lapangan.
Kenyataannya, Presiden Jokowi hingga sekarang tidak pernah menyatakan atau menunjukkan sinyal akan meninggalkan PDIP sebagai partai pengusung di Pilpres 2019.
Oleh sebab itu hendaknya setiap pihak tidak membuat analisa yang kontroversial yang tidak sesuai dengan fakta. Itu bisa menjadi fitnah yang menjerumuskan masyarakat.