Lihat ke Halaman Asli

Mengapa Pria Terhormat Suka Mencari Pelacur?

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Begitu banyak kasus pria terhormat yang ternyata punya kebisaan yang tidak biasa yaitu mencari PSK (Pekerja Seks Komersial) atau ke rumah bordil alias lokalisasi. Ini dimulai dari pejabat publik, politikus, dan sampai olahragawan. Boleh dikata semua di semua profesi dan lapisan sosial masyarakat tidak luput dari skandal ini. Contoh kasus seperti Perdana Menteri Italia sampai kasus terbaru pesepakbola Wayne Rooney yang ternyata doyan mencari PSK. Belum lagi kebiasaan pejabat di negeri ini, yang tentunya hanya gosip-gosip saja. Misalnya, pejabat yang harus disediakan perempuan bila melakukan sidak atau kunjungan ke daerah. Ataupun rajin pergi ke tempat pelesiran setelah usai rapat yang melelahkan.

Menurut Allan N. Schwartz, PhD (www.mentalhelp.net/poc/view_doc.php?type=doc&id=28997&cn=10") menyatakan sudah banyak studi dilakukan soal pria yang doyan akan PSK. Setidaknya studi menyatakan rata-rata 16 sampai 39% pria di seluruh dunia mencari PSK. Cuma riset tidak pernah mencapai konsensus tentang mengapa pria suka mencari PSK. Isunya sangat kompleks. Maka tidak heran profesi yang dikatakan sebagai “the world’s oldest profession” ini tidak akan pernah habis selama masih ada pria.

Tidak mudah menjelaskan mengapa para pria terhormat mau mengambil resiko jabatan dan reputasinya dengan membayar untuk seks. Studi untuk itu sudah banyak dilakukan dan menurut Dr. Schwartz ada beberapa alasan mengapa pria suka mencari PSK:

Pertama, soal kesenangan. Umumnya pria menikmati seks untuk kesenangan dan PSK adalah alat instan yang mampu menyenangkan pria. Apalagi dengan penampilan seksi dan harum disertai dengan strategi perempuan yang mencoba membuat kepuasan palsu lewat lirikan dan berbagai agresivitas semu yang menyenangkan pria. Pria tidak berkeberatan membayar sepanjang ada kesenangan yang didapat, walaupun tanpa adanya ikatan emosi kedua belah fihak.

Kedua, soal ketagihan. Setelah sesuatu yang dianggap “menyenangkan” dilakukan terus menerus, maka kebutuhan akan kesenangan ini menjadi adiktif. Bila sudah ketagihan seks, maka bila tidak melakukannya akan menjadikannya frustasi dan berbagai gejala psikologis lainnya. Studi menemukan bahwa keterusan mencari PSK menimbulkan kerusakan emosi (emotional damage) pada pria. Ini yang pernah dialami oleh pegolf ternama, Tiger Woods. Pada tahap ini maka kesadaran diri dan penyesalan tidak cukup, perlu ada terapi khusus mengatasi ketagihan ini.

Ketiga, adanya ketakutan dalam hubungan yang dalam (intimacy). Banyak pria seringkali harus mengambil resiko besar ini karena takut menghadapi kenyataan soal hubungan suami istri. Seks membutuhkan relasi yang harmonis antar kedua belah fihak. Hal ini tidak ada dalam hubungan dengan PSK. Para wanita ini hanya bertugas memuaskan dan pria tidak merasa berkepentingan menjaga emosi wanita, malahan justru mendapatkan pelayanan lewat keramahan, sekalipun itu hanya palsu adanya. Prinsipnya wanita selama dibayar, maka berbagai strategi palsu pun diberikan agar pria merasa nyaman.

Keempat, ada penyakit disebut “Misogyny”di mana pria mencari PSK karena dia membenci perempuan. Dia selalu pergi cari PSK karena sebenarnya benci wanita. Maka pria model begini akan berusaha merendahkan perempuan yang dibayarnya. Berbagai kekerasan dan perendahan yang membuat malu perempuan dilakukan karena merasa sudah membayar. Ini penyakit berbahaya yang ada pada pria.

Mengatasi hal ini tidak mudah. Tetapi pria harus diingatkan resiko yang dihadapi bila membiarkan diri dalam kebiasaan ini. Resiko itu tidak hanya penyakit kelamin atau HIV/AIDS, tetapi bicara resiko jabatan, reputasi, dan rasa malu yang harus ditanggung keluarga.

Hal lain pria perlu disadarkan tentang lika-liku perdagangan wanita. Ada yang percaya bahwa lewat kesadaran akan informasi tentang bagaimana seorang menjadi PSK, akan mengurangi keinginan mencari PSK. Karena betapa mengerikan ternyata wanita yang dieskploitasi dalam perdagangan seksual ini. Mereka harus menerima kenyataan dikuasai mafia perdagangan seks yang mengambil keuntungan lebih dari bisnis ilegal ini. Media perlu terus menerus menayangkan kisah-kisah tragis perdagangan manusia (human trafficking) dan betapa anak-anak pun dijual untuk seks. Bila diingatkan, tentu pria akan merasa bahwa senyum dan kegairahan perempuan yang dikencaninya hanya palsu belaka. Betapa menyedihkan seorang pria harus menggauli perempuan yang sebenarnya menderita akibat dari tidak adanya pilihan. Belum lagi adanya istilah mami (pimps), soal kekerasan di mana banyak perempuan ditipu dan kemudian dipaksa menjadi pelacur. Ada yang menyimpulkan bahwa pergi ke pelacur tidak lain ada bentuk lain dari pemerkosaan.

Pria perlu membuat berbagai pagar perlindungan. Misalnya, pergaulan sosial seorang pria juga sangat menentukan, di mana ajakan teman-teman paling sulit dihindari. Ini yang menjadi alasan mengapa pria mencari PSK. Maka perlu ada keberanian memilih teman yang membuat kita terlibat dalam hal ini. Pedekatan spiritualitas keagamaan juga bisa menolong untuk menghilangkan keinginan berhubungan dengan PSK.Juga perlu merenungkan apa akibatnya kalau suka mencari PSK, baik secara ekonomi maupun secara moral dan kesehatan mental lainnya.

Akhirnya, apakah rekan kompasianer bisa memberikan masukan tambahan? Terima kasih sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline