Lihat ke Halaman Asli

Conflict Interest Mahasiswa Milenial dalam Menyikapi Demokrasi Kampus

Diperbarui: 8 Juni 2020   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.istimewa

Oleh : Dandi Amar

Ketika zaman serba modern, segala hal dapat terjadi dalam satu sentuhan --bahkan pikiran. Layaknya kehidupan yang digambarkan oleh teks suci tentang surge. Ya... kehidupan yang serba mudah, cepat, dan mampu menuruti apapun keinginan kita.

Kita dapat menghayalkan makanan datang ke rumah kita, mengetuk pintu, dan terjasaji ketika hangat. Atau bertemu dengan orang yang berjarak dengan kita, dapat bertatap muka tanpa kehilangan esensi komunikasi. Atau bahkan, kita dapat mengumpat secara daring, yang dapat didengar oleh siapapun, entah orang, hewan, bahkan setan. Karena belakangan setan mulai memakai gawai untuk menunjukkan kehadirannya kepada kita. "katanya sejak ada internet, manusia mulai meninggalkan setan, sudah tidak takut lagi!"

Umpatan online, itulah yang saya dapatkan hari ini. Dan ironisnya dilakukan oleh publik figure, seorang pejabat fungsional di kampus, sekaligus juga anggota organisasi bercorak Islam.

Alih-alih menunjukkan kader yang penuh kasih sayang, sopan santun, dan contoh yang baik menurut Islam yang diajarkan Rasul, mereka malah mengumpat saya tanpa jeda. Andaikan umpatan itu dapat dimaterialkan, sudah barang tentu muka saya akan penuh dengan ludah. Pokoknya sangat tidak mencerminkan sifat-sifat Islamnya. 

Padahal mahasiswa yang akan terus menjunjung tinggi keterbukaan dan transparansi dalam melaksanakan pemerintahan agar lebih mensejahterakan rakyatnya dan meminimalisir tingkat penyelewengan di tingkat aparatur negara. Bagaiamana jika nanti kalian jadi pejabat negara ? 

Jadi mahasiswa saja sudah seperti ini kelakuan kalian, dengan embel-embel bendera organisasi Islam kalian sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai Islam. Apa memang label organisasi Islam-mu ini hanya sebuah garis penghubung untuk menjadi oligarki? Sangat ironis sekali.

Mahasiswa, sebuah gelar baru yang hingga saat ini "dibanggakan" oleh sebagian besar masyarakat. Realitas dan dinamika mahasiswa milenial di kampus seakan-akan lupa dengan kewajiban mereka layaknya sebagai mahasiswa seperti apa serta menjadi penghianat sebagai mahasiswa idealis. Kampus yang dimodifikasi sebagai ladang pikiran baru, di mana tempat pikiran di goreng seperti nasi goreng mawut. 

Di era sekarang ini berubah menjadi tempat prasarana kocar-kacir pikiran, dari sini saya teringat sedikit ucapan bapak Rocky Gerung terkait "akal sehat" yang bikin greget di pikiran saya. 

Dalam artian greget dimana kondisi kampus sekarang digunakan sebagai prasarana gila pada kekuasaan dan digunakan sebagai alat eksistensi di moment yang tidak tepat, berkedok atas nama kemanusiaan demi kepentingan suatu kelompok.

PAYAH SEKALI SAHABAT !!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline