Mohon tunggu...
Dandi amar rizky
Dandi amar rizky Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Conflict Interest Mahasiswa Milenial dalam Menyikapi Demokrasi Kampus

8 Juni 2020   18:37 Diperbarui: 8 Juni 2020   18:34 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sungguh buruk sekali, otak mahasiswa milenial biasa dibersihkan dengan sabun cuci ya ?  iya saya tau ada himbauan dari pemerintah sering-sering cuci, tapi tangannya yang dicuci bukan otaknya di cuci pake sabun, melainkan otak itu dicuci dengan argumen.

PARAH KALIAN !!!

Kayak-kayaknya ini perlu diberlakukan apa yang pernah di katakan Rangga Sasana petinggi Sunda Empire "semua negara harus daftar ulang" dengan ini menyesuaikan dinamika yang ada maka bukan negara yang harus di daftar ulang melainkan akal pikiran kalian yang harus di daftar ulang, di reset kembali agar akal pikiran kalian kembali sehat. 

Karena akal yang sehat itu inti dari demokrasi. Yang mana demokrasi itu pemerintahan orang tapi setelah akal kalian sehat maka demokrasi itu menjadi pemerintahan akal melalui pemerintahan orang !!!

Kejanggalan yang terjadi saat ini sudah sangat menunjukan bahwa fungsi kampus telah ditelanjangi oleh pelecehan yang menjauhkan dari pusat produksi kaum intelektual. 

Seharusnya kampus ini di kembangkan dengan kritisan kaum-kaum intelektual sehingga memunculkan solusi terbaik untuk kampus tercinta, bukan seola-ola peduli dengan kejanggalan pada kebijakan kampus di moment pandemic covid-19 seperti ini, dengan mengatasnamakan kemanusiaan tapi dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu. Sungguh "KAPITALIS". 

Sungguh ketika politik jadi panglima di depan apapun bakal dilakukan maka kampus pun penuh dengan lobi-lobi politik dan manuver kekuasaan, ketika politik jadi pemimpin maka sesuatu dari kampus selalu direbutkan. Ketika politik selalu di depan maka milenial pun ingin jadi oligarki mempengaruhi jabatan, ketika politik menjadi pemegang kekuatan membuat kampus bergerak terbatas menjadi penekan.

Kampus sudah saatnya dikembalikan fungsinya jangan di tunggangi oleh kepentingan politik, kita kembalikan untuk merekomendasikan gagasan-gagasan dan langkah intelektual. Disini kampus yang di huni oleh kaum intelektual sangat berkontribusi pada umat dan bangsa. Tapi reproduksi akal sehat, lewat kampus seakan bisa terhenti ketika kekuasaan telah menghegemoni dan memperalat demi melegitimasi kepentingan sesaat.

Dalam dinamika yang dewasa ini mahasiswa sebagai kaum intelektual yang unggul terdidik kritis yang memilik bekal pemikiran segunung untuk menjadi garisan terdepan dalam sebuah dinamika baru. 

Realitas kehidupan mahasiswa saat ini sedang tidak baik-baik saja, memang dunia sedang tidak baik-baik saja dengan adanya pandemi covid-19 ini. Tapi akal sehat kalian juga jangan ikut tidak baik-baik saja sahabat. Sungguh, label kemanusiaan dimanfaatkan untuk kepentingan suatu kelompok dan hasilnya mahasiswa dipaksa untuk mengetahui bahwa kau telah berhasil mendorong kampus memberikan kebijakan yang terbaik untuk mahasiswa. 

Agar apa ? agar kalian dipandang hebat di mata mahasiswa ? dengan alih-alih menelanjangi satu atau banyak golongan, seolah-olah kalian berhasil begitu ? tidak seperti itu caranya guys. Sungguh kejam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun