Lihat ke Halaman Asli

Cucum Suminar

TERVERIFIKASI

Kompasianer

[Cerpen] Doa Naira

Diperbarui: 4 April 2020   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Shutterstock

Long way trip to The Scottish Highlands.

Rani mengamati lekat-lekat foto dan video salah satu sahabat semasa sekolah menengahnya dulu melalui instagram. Melihat bagimana ia tersenyum lebar bersama sang suami dengan latar belakang bukit-bukit yang memukau. Tak diacuhkannya suara Naira, sang buah hati, yang beberapa kali memanggil, memintanya untuk bermain Barbie bersama. Rani terlalu larut mengamati feed instagram sang kawan.

Sudah lama Rani selalu mengamati unggahan foto dan video teman sebangkunya sewaktu SMU itu. Kerap membagikan pemandangan yang memesona dari berbagai negara, membuat Rani rutin secara khusus mampir ke akun si sahabat. Terutama saat musim libur sekolah atau libur akhir tahun. Kala sang sahabat secara khusus menyediakan waktu untuk menjelajah beberapa negara bersama suami dan kedua buah hati.

Setiap kali Rani memandang unggahan sang teman melalui media sosial, selalu ada rasa kagum dan iri yang menyelimuti. Kedua rasa itu saling tindih. Entah mana yang paling mendominasi.

"Ran, kamu sedang apa? Dipanggil Naira tuh, dari tadi." Tiba-tiba Joni, sang suami, muncul.

Rani buru-buru menutup aplikasi instagram dan meletakan ponselnya di meja samping tempat tidur. Setelah itu, ia menuju ruang keluarga, menemui Naira. Gadis kecil miniatur dirinya yang kerap meminta perhatian lebih banyak kala akhir pekan tiba.

***

"Mama, ini hari Minggu kan? Asik, berarti kita masih bisa bermain masak-masakan dengan Si Barbie!"

Rani memandang Naira dengan sedih. Setiap Senin tiba, selalu itu kalimat yang ia ucapkan. Naira seolah tak rela sang bunda kembali berkutat dengan kesibukan untuk mengais rezeki dan meninggalkannya bersama tetangga depan rumah yang sudah mereka anggap sebagai keluarga.

"Ini hari Senin sayang, Mama harus kerja. Sabtu dan Minggu depan kan kita bisa bermain lagi."

Seperti biasa, terlihat gurat kekecewaan di wajah Naira, setiap kali Rani mengucapkan kalimat tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline