Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Zulfadli

TERVERIFIKASI

Catatan Ringan

Final Istanbul 2020 yang Dirindukan

Diperbarui: 31 Mei 2020   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika semuanya berjalan normal tanpa pandemi korona, seharusnya hari ini, malam nanti, kita akan menyaksikan final Liga Champions 2020 di Stadion Kemal Ataturk, Istanbul Turki.

Istanbul, sebuah kota metropolitan bergaya klasik yang telah banyak menulis sejarah, sungguh satu tempat indah bernostalgia memainkan pertandingan terbesar sepak bola tahun ini.

Menghubungkan kota Istanbul dengan sepak bola sudah tentu kita akan mengingat satu laga indah yang telah tercatat dalam sejarah sepak bola, final Liga Champions 2005, yang merupakan edisi ke-50, mempertemukan AC Milan dengan Liverpool. Disebut-sebut sebagai salah satu final Liga Champions terbaik, bahkan saya termasuk yang menganggap Istanbul 2005 lebih dramatis dibandingkan dengan final Barcelona 1999 antara Manchester United vs Bayern Munchen.

Kemenangan menakjubkan Liverpool melalui adu penalti atas AC Milan setelah tertinggal 3-0 di babak pertama, sangat sulit dipercaya. Semua penggemar bola masih mengingat momen tersebut sebagai Miracle of Istanbul. Bersamaan dengan itu, tidak sedikit fans sepak bola sudah lupa final Athena 2007, saat Milan berhasil membalas kekalahan.

Begitulah, satu pertandingan yang menciptakan laga dramatis akan tertancap kuat dalam memori. Saya masih mengingat dengan jelas laga itu memengaruhi banyak aktivitas saya, mulai antusias menjelang laga, tegang menonton jalannya duel, dan momen-momen setelah pertandingan usai.

Sudah lima belas tahun pengalaman seru itu, tapi baru kali ini saya menuangkannya dalam bentuk cerita nostalgia. Seperti ditulis Bre Redana, bahwa umur manusia itu pendek, hanya kenangan yang memperpanjang.

****

Pada malam final itu, Rabu 25 Mei 2005, lebih tepatnya sudah berganti pada Kamis dini hari, bersama teman, saya berangkat menuju Hotel Sheraton Mustika, yang berlokasi di Jalan Palagan Tentara Pelajar, Yogyakarta.

Di sana, di taman dan lounge hotel bintang tersebut, stasiun RCTI menggelar nonton bareng. Bukan nobar biasa yang sebelumnya pernah saya ikuti, tapi lokasi nobar kami akan jadi pusat perhatian penggemar bola seluruh Indonesia, karena RCTI memindahkan siaran dari studionya di Jakarta, dan memboyong semua kru dan alat perlengkapan syuting live ke Jogja.

Untuk bisa bergabung, mesti membeli tiket senilai 30 ribu rupiah kalau saya tidak lupa. Ketika kami tiba, venue dengan konsep nobar semi indoor di teras rumput itu, sudah ramai sekali peserta nobar menantikan kick-off. Sekilas saya coba membandingkan seberapa banyak tifosi AC Milan dan suporter Liverpool, dan seperti dugaan, kedua kubu relatif seimbang mengingat dua finalis adalah klub besar dengan sejarah panjang dan fans militan. Siapa sih tak kenal AC Milan dan Liverpool ?

Saya sendiri, memutuskan mendukung Milan hanya karena pertautan sebagai tifosi Serie-A. Saya mengenakan kostum Rossoneri (merah-hitam) bernomor punggung 13 seperti Alesandro Nesta pada malam semarak itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline