Lihat ke Halaman Asli

Credentia Gisela

Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Manfaat Multiplatform pada Jurnalisme Multimedia

Diperbarui: 26 Oktober 2021   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: koropak.co.id

Jurnalisme di Indonesia kian hari berkembang kian pesat. Sadar tak sadar, kita sudah melewati masa-masa membeli koran di toko kelontong atau di pemberhentian lampu merah untuk sekadar membaca berita, begitupun informasi yang kita dapatkan hanya update per satu hari.

Selain koran, mungkin di antara kita juga pernah jadi penghafal jadwal siaran berita di televisi atau radio. Semua kita lakukan untuk mendapatkan informasi terkini mengenai lingkungan kita.

Namun, tidak praktis rasanya karena kita harus menyediakan waktu senggang untuk bisa menyimak berita secara detail. Koran misalnya, ukurannya yang besar mengharuskan kita untuk duduk santai demi bisa membacanya. Televisi? Tentu harus terkoneksi dengan aliran listrik, belum lagi jika mengalami kendala layar semut. Radio mungkin bisa kita dengarkan sembari berkendara di mobil, namun dalam keadaan mendesak kita takkan bisa memperhatikan ucapan penyiar dengan seksama.

Bagaimana dengan keadaan sekarang? Sebagian besar masyarakat telah mengenal internet, meskipun kedalamannya berbeda-beda. Sama halnya dengan jurnalisme, banyak redaksi telah beralih dari media cetak menjadi media online.

Tak perlu lagi menyediakan waktu khusus untuk mencari informasi lewat media berita, karena kecanggihan internet menyediakan fitur search engine atau kolom pencarian untuk memudahkan. Contohnya, berita mengenai vaksin COVID-19. Cukup mengetik kata kunci 'vaksin COVID-19' maka akan muncul belasan, puluhan, bahkan ratusan berita mengenai topik tersebut dari banyak sekali sumber.

Jurnalisme Multimedia

Penjelasan di atas menyebutkan perubahan dari jurnalisme media cetak ke jurnalisme digital atau jurnalisme online. Pernahkah Anda mendengar istilah jurnalisme multimedia?

Coba kita tengok kembali ke media cetak. Di dalamnya hanya terbatas foto dan tulisan saja, itupun dominan pada tulisan. Biasanya, dalam satu berita hanya menyajikan satu atau dua foto saja, yang mungkin belum dapat mendukung tulisan sepenuhnya.

Internet saat ini mengizinkan penggunanya untuk mengunggah mulai dari tulisan, foto, hingga video (audiovisual) bahkan dalam limit yang tak berujung. YouTube misalnya, sebuah platform berbasis video memperbolehkan penggunanya untuk mengunggah video dengan durasi berjam-jam. Bagaimana dengan Instagram? Mulanya Instagram hanya fokus pada foto dan tulisan yang dimuat pada caption saja. Kini, Instagram memiliki fitur IGTV dengan durasi maksimal 15 menit.

Saat ini, praktik jurnalisme memanfaatkan multimedia untuk meningkatkan daya tarik dan konten informasi dalam beritanya. Seorang pakar kajian media asal Universitas Amsterdam menyatakan bahwa multimedia menjadi salah satu penyajian berita dengan beragam format, yakni audio, teks, musik, foto, dan animasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline