Lihat ke Halaman Asli

Etnis Bugis, Sang Pelaut di Pulau Tanamasa dan Pulau Bais, Nias

Diperbarui: 17 Juli 2020   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mongabay.com

Pulau Tanamasa, kab Nias Selatan ini dibagi menjadi dua Kecamatan, salah satunya masuk dalam kec.Pulau-pulau Batu Utara yaitu desa Koto dan desa Wawa. Desa Koto dihuni oleh masyarakat beretnis Bugis dan di desa tersebut dijumpai makam-makam Bugis kuno.

Makam tersebut sampai sekarang masih digunakan sebagai tempat pemakaman umum. Akses menuju ke lokasi sangat sulit karena ditumbuhi semak belukar dan ilalang. Salah satu makam yang dianggap kuno ini tidak dijumpai keterangan mengenai nama maupun angka tahun.

Sedangkan pulau Bais terletak di kec.Pulau-Pulau Batu Timur, kab.Nias Selatan. Di pulau tersebut terdapat 2 desa yaitu desa Bais dan desa Bais Baru. Di kedua desa tersebut terdiri dari 326 jiwa yang dihuni oleh berbagai macam etnis mulai dari Minang (Marga Jambak dan Caniago), Melayu Besar (asli keturunan Melayu), Melayu Barat (Suku Nias, Tello), dan Mandailing (semua etnis Batak disebut Mandailing).

Mayoritas penduduk di desa ini memeluk agama Islam. Salah satu etnis Minang yang menurut cerita merupakan orang-orang pelarian yang kemudian menetap di Pulau Bais. Oleh sebab itu, penduduk setempat mengambil marga dari ibu karena pengaruh Minang tersebut.

Di desa Koto, pulau Tanamasa dan desa Bais, Pulau Bais menurut cerita dulunya terdapat orang-orang Bugis yang merantau ke pulau-pulau tersebut sehingga tidak mengherankan jika di beberapa tempat masih dijumpai penduduk beretnis Bugis.

Cerita yang paling terkenal adalah terkait keberadaan Raja Koto. Satu hal yang menarik adalah mengenai penamaan pulau-pulau yang semuanya menggunakan bahasa Bugis, bukan bahasa Nias.

Menurut informan, diceritakan bahwa dahulu terdapat orang-orang Bugis yang dipimpin oleh Raja Buluaru yang kemudian menetap di desa Koto. Wilayahnya pun sampai ke pulau Bais. Penamaan Bais juga berasal dari bahasa Bugis yang artinya nibung. Raja Buluaru tersebut lebih memilih pulau Tanamasa yang merupakan pulau dari desa Koto dikarenakan tanahnya yang serupa dengan tanah dari asalnya.

Kemudian datanglah adek Raja Buluaru ini dari Bugis, namun tidak lama dia menetap di Koto dan kembali lagi ke Bugis. Namun dalam perjalanan pulang terjadi suatu musibah yang menyebabkan perahunya menjadi batu, sehingga ada sebutan untuk pulau Batu.

Kemudian Raja Buluaru memiliki anak bernama Raja Sitipu yang kini makamnya masih dapat dijumpai di desa Koto, Pulau Tanamasa. Datanglah juga seseorang yang menurut cerita setempat memiliki tinggi setinggi pohon kelapa yang bernama Jahili dari Nias daratan.

Jahili ini lari dari Lahewa, Nias Barat (nias daratan) dikarenakan telah menghamili adik perempuannya. Ketika itu Raja Buluaru beserta bawahannya sedang berperang melawan Mentawai.

Di sisi lain Jahili meminta tempat untuk bisa tinggal di pulau-pulau Batu ini. Kemudian Raja Buluaru meminta bantuan kepada Jahili untuk ikut membantu melawan Etnis Mentawai dengan balasan Jahili bisa menetap di pulau-pulau batu ini. Sedangkan orang Bugis yang akhirnya menetap di Pulau Bais bernama Malinjungan, yang datang dari desa Koto, pulau Tanamasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline