Lihat ke Halaman Asli

Chaerul Sabara

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

"Mondau" Tradisi Berladang Suku Tolaki yang Penuh Ritual

Diperbarui: 28 Juni 2022   11:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi tradisi berladang. Sumber: Kompas.com/Iwan Setiyawan

Seiring dengan perkembangan jaman, sektor pertanian secara drastis telah beralih ke sistem pertanian modern dengan penerapan inovasi demi pengembangan dari sistem pertanian yang bersifat tradisional.

Tumbuhnya pertanian modern menjadi satu hal yang mutlak demi menyesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan pada saat ini. Strategi untuk mengoptimalkan lahan pertanian bukan lagi dengan extensifikasi lahan, namun telah beralih pada intensifikasi lahan pertanian yang perlu ditata dan kelola dengan baik agar ketersediaan pangan dapat terjamin seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia di dunia.

Inovasi demi inovasi terus bermunculan demi memberikan berbagai manfaat pada peningkatan produksi, peningkatan mutu serta suplai untuk pemenuhan kebutuhan ketahanan pangan.

Namun, seiring dengan itu pada sebagian masyarakat masih ada yang terikat dengan tradisi kearifan lokal yang secara turun temurun berlaku di lingkungan mereka. 

Sebagaimana dengan masyarakat suku Tolaki yang secara turun temurun mempunyai tradisi dalam kegiatan bertani/berladang yang mereka lakukan secara bergotong royong (samaturu) yang melibatkan warga atau keluarga dari satu kampung.

Tradisi pertanian masyarakat Tolaki yang mendiami jazirah tenggara pulau Sulawesi dikenal dengan nama tradisi Mondau. 

Mondau sendiri merupakan salah satu tradisi adat suku Tolaki yang dulunya merupakan suatu bentuk usaha perladangan secara berpindah-pindah (shifting cultivation) seperti tradisi pertanian tradisional masyarakat di Indonesia pada umumnya. 

Mondau adalah tata cara pertanian tradisional suku Tolaki yang telah diwariskan oleh leluhur melalui proses sosialisasi dari generasi ke generasi.

Secara turun temurun tradisi bercocok tanam leluhur terdahulu diyakini oleh masyarakat terbukti efektif meningkatkan hasil pertanian. Dan disamping itu tanaman juga tahan terhadap penyakit selama masa tumbuh walaupun tanpa pestisida, termasuk terbebas dari gangguan binatang perusak meski tidak ada pagar atau penjagaan khusus untuk itu.

Tradisi mondau ini terdiri dari beberapa tahapan dalam pelaksanaannya, dimulai dengan “Monggikii ando’olo” (pemilihan lokasi ladang); “Mohoto owuta” (prosesi pra mondau), “Mosalei” (menebang pepohonan kecil, menebas akar-akaran, dll), “Monduehi” (menebang pepohonan besar), “Mohunu” (membakar), “Moenggai (pembersihan sisa-sisa pembakaran), “Motasu” (menanam padi), “Mosaira” dan “Mete’ia” (membersihkan rerumputan dan menjaga tanaman), “Mosowi” (panen), “Molonggo” (memasukkan hasil panen ke dalam lumbung).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline