Lihat ke Halaman Asli

Kesehatan Mental Menyerang Anak-anak dan Mahasiswa di Masa Pandemi Covid-19

Diperbarui: 9 Juli 2020   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkembangan kasus Coronavirus Diseases (COVID-19), berdasarkan sumber data WHO dan PHEOC Kemenkes total kasus terkonfirmasi COVID-19 global per tanggal 20 juni 2020 mencapai 8.385.440 kasus dengan 450.686 kematian (CFR 5,4%) di 215 Negara terjangkit. Virus yang merupakan virus RNA strain tunggal positif ini menginfeksi saluran pernapasan.

Penegakan diagnosis dimulai dari gejala umum berupa demam, batuk, dan sulit bernapas. Infeksi Covid-19 sangat cepat menyerang kepada seseorang yang memiliki penyakit bawaan seperti pneumonia, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru dan menjadi fatal terutama pada seseorang dengan kekebaan tubuh rendah.

Dalam studi penelitian yang diterbitkan oleh The Journal of American Medical Association (JAMA) meneliti sekitar 45.000 kasus pertama di Cina menemukan bahwa 80% kasus yang dilaporkan memiliki gejala ringan dan 20% kasus coronavirus memiliki gejala sedang, berat bahkan dalam kondisi kritis.

Di Indonesia sendiri kasus Covid-19 mengalami penambahan per tanggal 20 juni 2020 mencapai 45.029 kasus. Sehingga pemerintah selalu berupaya untuk menghimbau masyarakat agar tetap berada dirumah baik itu anak-anak sekolah, mahasiswa, pegawai, buruh hingga para pedagang yang berjualan ditempat ramai.

Dengan adanya aturan Social Distancing guna mencegah penuaran Covid-19, masyarakat dihimbau agar melakukan semua kegiatan dirumah atau work from home.

Namun, (work from home) ini ternyata memiliki dampak dari segi positif maupun negatif. Dampak positif dari WFH yaitu bisa mengurangi biaya transportasi dan penularan Covid-19. Tetapi, dampak negatifnya seperti adaptasi lingkungan, pemasukan berkurang hingga merugikan kesehatan.

Gejala turunya kondisi mental ini bisa terjadi kepada siapapun, termasuk kepada anak-anak sekolah maupun mahasiswa. Kondisi ini membuat perubahan yang cukup besar terhadap psikologis anak-anak atau mahasiswa, dimana mereka tidak dapat melakukan aktifitas mereka seperti biasanya seperti berkumpul, bermain, membuat tugas dengan teman-teman, serta berbagai hal lain.

Berikut beberapa tanda anak tertekan dan terganggu mentalnya saat pandemi Covid-19 menurut The Union Journa:

1. Perilaku regresif

Secara umum, kita semua akan mengalami sedikit kemunduran dalam fungsi kita selama masa transisi besar ini. Anak-anak maupun mahasiswa lebih mudah mengalami kemunduran dalam bersikap dan berperilaku.

2. Perubahan nafsu makan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline