Lihat ke Halaman Asli

Choiron

TERVERIFIKASI

Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Man Jadda Wajada Bukan Hadist

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu, di sebuah TV logo merah, seorang ustad dari negeri antah berantah diundang oleh stasiun televisi tersebut. Beliau diundang untuk mengomentari kasus 'ustad' di Jawa Barat yang menjadi dalang  penggelapan dana milyaran rupiah.

Komentar awalnya justru lebih banyak menceritakan kisah pahit dan getir hidupnya saat berusaha kuliah sambil bekerja dengan segala usaha. Kisahnya mungkin cukup inspiratif walau tidak cukup nyambung dengan yang ditanyakan oleh pembawa acaranya.

Namun yang membuat saya tertegun adalah saat belia mengatakan 'Man Jadda Wajada' sebagai perkataan Rasulullah SAW untuk menguatkan ceritanya. Memang, mantra tersebut sesuai dengan kisah perjuangan yang ustad tersebut ceritakan. Bahwa barang siapa yang sungguh-sungguh, dia akan berhasil seperti dirinya yang akhirnya punya usaha dan boleh dikatakan sukses. Yang menjadi masalah adalah kalimat sakti tersebut bukan hadist, melainkan pepatah arab yang sudah cukup terkenal. Apalagi telah dipopulerkan oleh A. Fuadi dengan karya novel dan filmnyadengan judul yang sama dan  fenomel di tahun 2011 lalu.

Okelah, mungkin ustad tersebut khilaf. Namun mengetahui status sebuah kalimat apakah hadist atau bukan sangat penting. Ada banyak kalimat yang dari makna isinya (matan) bagus, namun statusnya bukan hadist. Salahsatunya yang sering dikutip oleh para penceramah adalah "Makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang" atau dengan kalimat lain "Kami adalah orang – orang yang tidak makan sehingga kami lapar, dan apabila kami makan kami tidak sampai kenyang."  Kalimat tersebut bukan hadist dan merupakan perkataan seorang tabib (dokter) dari Timur Tengah.

Pengetahuan agama terutama Al-Quran dan Hadist saat ini bukan lagi domain ustad atau ustadzah. Semua orang Islam harus belajar dan mempelajari agamanya dan tidak boleh berkata "ah ini urusan pak Ustad dan Bu Ustad saja". Karena semua amalan itu harus dilakukan dengan ilmu. Jadi ilmu agama hukumnya wajib untuk dipelajari walaupun tidak harus masuk pesantren, ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah dan pendidikan formal agama lainnya.

Sekali lagi ingat, "Man Jadda Wajada" itu bukan hadist ya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline