Lihat ke Halaman Asli

Apakah Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar Efektif?

Diperbarui: 29 Juli 2021   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu Wiwi Wihartini ketika diwawancarai terkait pembelajaran daring (Dokpri)

Sistem pembelajaran online adalah sistem pembelajaran yang tidak secara langsung tatap muka antara guru dan siswa, tetapi dilakukan secara online dengan menggunakan internet. Solusinya adalah guru merancang media pembelajaran sebagai inovasi menggunakan media online. Sistem pembelajaran dilakukan melalui perangkat komputer pribadi atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat belajar bersama dalam waktu bersamaan dengan menggunakan grup di media sosial seperti WhatsApp, Telegram, Instagram, aplikasi Zoom atau media lainnya sebagai lingkungan belajar.

Perpindahan sistem pembelajaran luring menjadi daring berdampak besar terhadap pihak sekolah, wali murid dan peserta didik itu sendiri. Penuturan dari Kepala Sekolah SDN Mega Eltra, Wiwi Wihartini,S.Ag,M.Pd., saat 2 semester awal pembelajaran daring, pemerintah memberikan fasilitas berupa penanyangan program pembelajaran melalui RCTV dimana beliau sendiri pernah memberikan materi Agama sebanyak 3 kali. Setelah seminggu siswa menuliskan materi yang telah ditonton, siswa diminta untuk mengumpulkan tugasnya di sekolah.

Setelah program TV tersebut dihentikan, pihak sekolah dituntut menjadi kreatif dan inovatif dalam pembelajaran daring. Tidak kehabisan akal, pihak sekolah membuat video pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar-mengajar.

"Jadi, kita membuat video pembelajaran. lalu, diupload ke youtube agar bisa ditonton oleh anak-anak", tuturnya.

Meskipun begitu, kendala dalam pelaksanaannya cukup banyak kendala diantaranya kuota dan perangkat yang tidak memadai.  

"Ya, hampir semua orang tua mengeluh.  Yang tidak punya HP, mendadak membeli HP.  Ya, (karena) kuota itu gabisa sekali beli misalkan 2 GB, ikut zoom beberapa kali sudah habis", tuturnya.

Pada awalnya bantuan kuota pemerintah sangat mendukung jalannya pembelajaran daring. Akan tetapi, ada kendala lain yang terjadi seperti pergantian nomor handphone yang mengakibatkan tidak semua peserta didik mendapatkan kuota untuk melaksanakan zoom meeting. Sebagian peserta didik juga menggunakan handphone orang tuanya yang dimana seringkali tidak dapat mengikuti kelas zoom yang disiapkan. Kepala sekolah dan guru tidak kehabisan akal untuk mengatasi masalah ini.

Dari penuturan Ibu Iti selaku guru kelas 2 SDN Mega Eltra, beliau biasanya menggunakan google form and WhatsApp dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar. Terkadang beliau mengorbankan waktunya untuk mendatangi rumah peserta didik dalam pemberian materi. Hal ini beliau lakukan karena situasi dan kondisi peserta didik yang tidak memungkinkan untuk mengikuti pembelajaran daring seperti tidak memiliki perangkat yang mendukung maupun kuota. Belum lagi, orang tua siswa yang masih gagap teknologi (gaptek).  

"Ibu biasanya pergi ke rumah- rumah siswa yang sulit menggunakan HP ataupun kuota. Kadang ibu mendapatkan keluhan orang tua seperti mengurangi porsi masakan di rumah demi membelikan kuota anak-anaknya",tuturnya.

Menurut Ibu Iti, pembelajaran daring tidak efektif untuk anak SD dimana peserta didik diharuskan belajar di rumah dengan pendampingan orang tua. Akan tetapi, tidak semua orang tua mampu untuk mendampingi putra-putrinya belajar karena sebagian besar orang tua murid harus bekerja. Adapun keluhan orang tua yang tidak dapat mengajari putra-putrinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline