Lihat ke Halaman Asli

charles dm

TERVERIFIKASI

charlesemanueldm@gmail.com

Tidak Hanya Cara Mengalahkan Jerman, dari Jepang Kita Belajar Etos Kebersihan

Diperbarui: 27 November 2022   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Viral sampah berserakan di sekitar GBK: foto dok Istimewa

Belakangan ini viral postingan terkait sampah berserakan di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta usai hajatan besar pada akhir pekan lalu. Melansir Kompas.com (26/11/2022), tak sampai sehari, acara tersebut memproduksi sampah hingga 31 ton.

Tidak terutama soal jumlah sampah yang tidak sedikit, yang memang diproduksi oleh manusia yang jumlahnya tak sedikit pula. Yang menjadi perhatian luas terutama  bagaimana sampah itu sungguh-sungguh disampahkan. Juga lebih dari 500 orang pasukan kebersihan harus turun tangan untuk membereskan sisa-sisa kertas dan plastik yang dicampakkan begitu saja.

Saya membayangkan, seandainya acara itu digelar di Jepang atau dihadiri orang Jepang, tentu jalan ceritanya akan berbeda. Seperti apa yang terjadi di Qatar, tempat pesta akbar sepak bola empat tahunan tengah mencuri atensi dunia. 

Orang Jepang, baik pemain maupun fan sungguh berpegang pada etos kebersihan.

Kata etos tidak lagi asing di telinga kita. Entah sudah berapa banyak kali kita mendengar atau bahkan menyebutnya.

Entah disadari atau tidak,  kata itu sebenarnya mengandung makna yang dalam dan konsekuensi yang besar, ketika kita menggunakannya tidak sekadar slogan atau basa-basi belaka.

Merunut definisi etimologis, etos berasal dari bahasa Yunani yang mengandung arti kepribadian, sikap, watak, karakter atau keyakinan akan sesuatu.

Pengertian itu kemudian dipegang hingga saat ini. Maknanya meluas dari maksud "ethos" yang pertama kali diungkapkan filsuf Yunani Antik, Aristoteles yang mengacu pada karakter atau kepribadian pria, dalam kaitannya dengan gairah dan kehati-hatian.

Etos itu menunjuk pada sesuatu yang sudah tertanam dan menjadi fondasi sikap, perilaku, keyakinan, prinsip, hingga standar.

Kemudian kita mengenal sebutan etos kerja sebagai cermin kedisiplinan, semangat, dan produktivas seseorang.  Etos kerja tinggi dan sebaliknya kemudian dilihat dari tingkat keseriusan, kedisiplinan, ketekunan, hingga penghayatan akan pekerjaan itu sendiri entah sebagai hal yang membebani atau tidak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline