Lihat ke Halaman Asli

charles dm

TERVERIFIKASI

charlesemanueldm@gmail.com

Beda Nasib Indonesia dan Jepang di Dua Turnamen Super100

Diperbarui: 29 Juli 2018   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ihsan Maulana gagal di final Yonex Akita Masters Japan Super100/Foto dari Badminton Association of Thailand

Selama sepekan terakhir di dua tempat berbeda berlangsung dua turnamen bulutangkis level Super100 yakni Japan Master dan Russia Open. Dan kedua turnamen grade dua level enam itu berakhir pada hari yang sama, Minggu (29/07/2018). Hasil berbeda diperoleh Indonesia dan negara-negara dengan tradisi kuat di dunia bulutangkis dunia seperti Jepang.

Di Vladivostock, tempat Russia Open digelar Jepang meloloskan tiga wakil masing-masing di nomor tunggal putra dan putri serta ganda putri. Hasilnya, negeri Sakura hanya mampu mendulang satu gelar melalui Chisato Hoshi/Kie Nakanishi yang mengandaskan unggulan satu dari Malaysia, Chow Mei Kuan/Lee Meng Yean, 21-11 21-18 dalam tempo 42 menit.

Sementara di dua nomor lain, gelar juara jatuh ke tangan Malaysia dan India. Yen Mei Ho menduduki podium tertinggi tunggal putri setelah membekuk Shiori Ebihara melalui pertarungan rubber set, 22-20 11-21 dan 21-18. Sedangkan tunggal putra Jepang, Koki Watanabe harus mengakui keunggulan unggulan delapan Sourabh Verma setelah berjuang tiga game, 18-21 21-12 dan 21-17.

Tuan rumah hanya kebagian satu gelar dari nomor ganda campuran. Itupun melalui pasangan gado-gado Vladimir Ivanov dan Min Kyung Kim asal Korea. Keduanya mengalahkan unggulan dua dari India, Roan Kapoor/Kuhoo Garg, 21-19 dan 21-17.

Satu lagi peluang gelar pupus setelah unggulan dua, Konstantin Abramov/Alexandr Zichenko tak bisa menuntaskan pertandingan. Gelar ganda putra pun menjadi milik pasangan Malaysia, Mohamad Arif Ab Latif Arif/Nur Mohd Azriyn Ayub Azriyn.

Hasil final Russia Open S100 2018/Gambar dari tournamentsoftware.com

Tidak seperti Indonesia, Jepang mampu membagi perhatian dengan sama baik dengan kejuaraan yang berlangsung di tanah airnya. Bila Indonesia tak bisa berbuat apa-apa di Rusia, para wakil Jepang malah bisa berbicara banyak, nyaris sama meyakinkan dengan kejuaraan bertajuk Yonex Akita Masters Japan Super100 itu. 

Sederet pertanyaan pun mengemuka. Sejenak menepikan prestasi, apakah Indonesia kekurangan stok pemain muda untuk diterjunkan di dua turnamen pada waktu bersamaan? Bila Jepang mampu mengirim banyak pemain, mengapa Indonesia tidak? Mengapa Indonesia membuang kesempatan untuk memberi jam terbang kepada para pemain pelatnas pratama?

Entah apa yang menjadi pertimbangan PBSI untuk lebih fokus ke Japan Master ketimbang Russia Open. Bisa jadi soal jarak. Bisa jadi juga pertimbangan lawan tanding. Jangan sampai para pemain Indonesia kurang mendapat lawan yang bisa memberi banyak pelajaran.

Kita fokus ke Japan Open. Meski bermain di Jepang, salah satu negara dengan rantai regenerasi yang sangat panjang, para pemain Indonesia mampu berbicara banyak. Terbukti, tiga wakil Indonesia mampu merangsek hingga ke partai final. Mereka adalah Ihsan Maulana Mustofa di nomor tunggal putra serta dua pasangan ganda, masing-masing  Alfian Eko Prasetya/Angelica Wiratama lolos di ganda campuran dan Akbar Bintang Cahyono/Reza Pahlevi Isfahani di nomor ganda putra.

Tiga wakil ini terseleksi dari empat wakil Merah Putih setelah Rinov Rivaldy/Pitha Mentari gagal melewati hadangan ganda campuran tuan rumah, Kohei Gondo/Ayane Kurihara. Kekalahan juara dunia junior ini cukup disesali.

Keduanya memiliki potensi untuk meraih gelar juara. Selain menjadi pasangan yang padu, masing-masing memiliki pukulan silang yang sukar dibaca lawan. Secara pribadi, Pitha memilik permainan depan yang baik. Sementara Rinov memiliki "power" yang baik untuk melancarkan smes keras.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline