Lihat ke Halaman Asli

charles dm

TERVERIFIKASI

charlesemanueldm@gmail.com

All England 2018 dan Momok Baru Bernama Servis

Diperbarui: 13 Maret 2018   18:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kevin Sanjaya terkenal dengan servis mematikan/tribunnews.com

Momok baru tengah mengintai para pebulutangkis. Bermula dari German Open yang baru berakhir pekan lalu dan akan berlanjut pada All England Super 1000 yang akan dihelat selama lima hari sejak Rabu, 14-18 Maret di Arena Birmingham, Inggris. Berbeda dengan sebelumnya, para pebulutangkis dihadapkan pada aturan baru terkait servis. Sebelumnya dunia bulu tangkis juga dihadapkan dengan sejumlah perubahan di antaranya struktur turnamen internasional, kewajiban 12 turnamen dalam setahun bagi para pemain atau pasangan elite, dan beberapa lainnya.

Terkait servis, aturan sebelumnya, shuttle cock (kok) tidak boleh lebih tinggi dari pinggang si server. Seorang pemain yang hendak melakukan servis tidak boleh memegang kok lebih tinggi dari pinggang. Tentu, tinggi pinggang setiap pemain berbeda-beda sehingga tinggi kok pun mengikuti tinggi badan sang pemain. Namun setidaknya ini menjadi patokan bagi hakim servis (services judges) untuk menilai benar atau salah servis seorang pemain. Keputusan terkait servis ini pun kerap menuai protes dari para pemain yang merasa telah melakukan servis pada posisi yang tepat.

Bila aturan yang telah berlaku selama bertahun-tahun itu berpatok pada pinggang seorang pemain, aturan baru lebih tegas lagi. Seorang pemain diharuskan melakukan servis pada posisi kok maksimal setinggi 1,15 meter di atas permukaan lapangan. Posisi kok harus ditaksir setinggi itu sebelum dipukul ke bidang permainan lawan.

Pihak BWF, melalui sang presiden, Poul-Erik Hoyer telah memberikan alasan di balik aturan baru tersebut. Menurutnya, aturan tersebut lebih sesuai dengan kebutuhan dan paling pas setelah melakukan berbagai penilaian, termasuk masalah-masalah yang selama ini terjadi di lapangan pertandingan.

"Selama bertahun-tahun, kami telah mencari cara untuk memperbaiki bagaimana undang-undang peraturan yang resmi untuk diterapkan," tandas Hoyer sebagaimana dikutip dari laman resmi BWF.

BWF boleh saja berdalih aturan baru ini dianggap terbaik. Namun aturan ini tidak lepas, apalagi bebas dari persoalan. Sebagaimana diketahui, aturan baru ini berlaku untuk semua pemain, tak peduli berapa tinggi badannya. Pemain dengan tinggi badan 190 cm ke atas tentu kesulitan, bila tidak ingin dikatakan dirugikan dengan kebijakan ini. Dibanding para pemain berpostur pendek, para pemain jangkung lebih repot untuk mengikuti aturan ini. 

 Misalnya pemain seperti Viktor Axelsen yang bertinggi badan 1,94 m atau Li Junhui dari China yang menjulang setinggi 1,95 harus menurunkan posisi kok setinggi maksimal 1,15 meter. Sementara Marcus Fernaldi Gideon yang bertinggi badan 1,68 m bisa leluasa meninggikan kok hingga batas maksimal yang diizinkan.

Beberapa pemain sudah merasakan betapa sulitnya beradaptasi dengan aturan baru ini. Beberapa contoh di German Open bisa dikemukakan. Gloria Emanuele Widjadja, pemain ganda campuran yang berpasangan dengan Hafiz Faizal beberapa kali harus kehilangan poin karena serviss dianggap "fault." Wanita bertinggi 184 cm ini cukup kesulitan untuk memenuhi standar aturan dalam melakukan servis.

Kesalahan lebih banyak dilakukan Rizki Amelia Pradipta. Tak kurang dari 11 servis pemain bertinggi 1,71 ini dinyatakan salah. "Servis saya 11 kali dinyatakan fault. Game pertama lima kali, game kedua enam kali. Ini cukup mengganggu. Karena mikirin servis, saya jadi kurang siap dengan return servis lawan," ungkap pasangan Della Destiara usai mengalahkan ganda putri Rusia, Olga Morozova/Anastasia Chervyakova di babak pertama.

Jangankan pemain muda, pemain senior sekelas Hendra Setiawan pun kelimpungan untuk mendapatkan cara terbaik agar terhindar dari kesalahan. Saat mengalahkan ganda Denmark, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen, beberapa kali servis pemain senior itu dinyatakan salah.

"Servis saya yang di-fault banyak banget, sampai segala jurus servis sudah saya keluarkan, tetapi tetap saja salah. Kemarin (di round 1) tidak di-fault, semua tergantung sudut pandang hakim servis, beda orang beda penilaian," ungkap Hendra Setiawan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline