Lihat ke Halaman Asli

Bermain dalam Lupa

Diperbarui: 9 Februari 2019   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

pertama panggilan, kedua menghadap ketiga kita melambaikan tangan, 

Mulai saat itulah tak ada gerak, Makan, Bicara, Melihat,

Sampai tak boleh berbisik pada tetangga, hanya fokus pada tanah yang tadi kita pijak

Kita hanya berdiri berhadapan memandangnya pun tak sanggup,

sesudahnya permintaan dapat dikabulkan membungkuklah setengah badan ini, tapi dia membangkitkan.

Saat dipuji dia yang menciptakan segalanya, Tak sanggup diri ini, Menaruh kepala pada tempat paling bawah "Sekilan lama terdiam" 

Dia membangkitkan kembali, Kini masih berada pada posisi duduk yang masih tetap tak sanggup menatapnya.

     Kesalahan demi kesalahan saya bacakan, Dan jawabannya sugguh tak terduga, ia hanya menjawab "Tidak apa apa, Aku tetap cinta".

     Kembali raga ini untuk bersujud saat itulah kepala yang selalu lupa tetapi dia mengelus dengan penuh cinta kasih yang tak terbatas

     Sambil berkata "Kau yang terbaik apapun perbuatan mu aku masih tetap cinta" tak lama kemudian ia berkata "Bangunlah sayang"

     sambil membangunkan kedua tangannya dengan penuh kehati hatian karena cintanya..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline