Lihat ke Halaman Asli

Pertumbuhan Ekonomi yang Realistis

Diperbarui: 20 Oktober 2016   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pemerintah Jokowi-Jusuf Kalla meramalkan tax amnesty akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 menjadi 5,7 %. Ukuran pertumbuhan ekonomi ini tidak pernah dijelaskan dan dimengerti oleh masyarakat secara lengkap. Pencanangan ukuran pertumbuhan ekonomi  optimis oleh pemerintah baru untuk menunjukkan kemampuan (capablitiy) untuk mengurus negara dibandingkan dengan pemerintah sebelumnya. Tentunya keoptimisan pertumbuhan ekonomi ini terkait dengan janji di masa kampanye. Masyarakat akan mengalami kekecewaan, bila pemerintah membeberkan keterkaitan ekonomi Indonesia  dengan keadaan ekonomi dunia. Saat ini daya beli masyarakat dunia merosot tajam karena resesi ekonomi negaranya yang belum selesai.

Marc Levinson menganalisa pertumbuhan ekonomi Amerika yang dicanangkan oleh kandidat presiden Donald Trump dan Hillary Clinton di dalam kampanyenya dapat membuat  pertumbuhan ekonomi Amerika lebih cepat. Mereka menyebut pertumbuhan ekonomi akan mencapai 2%, bahkan akan mendekati 3, 4 bahkan 5% pertahunnya. Bagi Amerika, ukuran pertumbuhan ekonomi tersebut sangat optimis. Padahal pemerintahan mereka di masa depan tidak dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi yang dapat diatur dalam regulasi. 

Lebih baik masyarakat Amerika menerima keadaan ekonomi yang ril, yakni ekonomi tidak bertingkah laku buruk, akan tetapi ekonomi Amerika memiliki keadaan yang biasa saja (ordinary). Masa kejayaan Amerika yang dahulu terlihat miraculousdalam waktu singkat menjadi normal kembali (Wall Street Journal, 14 Oktober 2016). Demikian pula halnya ekonomi negara di dunia akan mengalami hal yang sama.   

Indonesia yang bergantung kepada bahan baku impor sulit mengalami penurunan kurs rupiah terhadap dolar Amerika yang signifikan, yakni turun naik berkisar tiga belas ribu rupiah. Dengan kurs yang sama, pemerintah tidak mungkin membuat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Adapun target tax amnesty dari repratriasi tidak mengalami masukan dengan angka yang signifikan. Hal ini akan mempengaruhi kemampuan belanja negara, Pertumbuhan ekonomi akan terkait dengan anggaran belanja negara yang dapat digunakan.

Dalam hal ini, pemerintah tidak dapat memaksakan keadaan ekonomi global dengan membuat regulasi efektif di dalam negeri sekalipun. Ibarat sebuah layangan yang sulit diterbangkan dengan angin normal, tiba-tiba datang angin kencang, maka layangan akan mudah melayang-layang diatas. Saat angin kembali normal, maka layangan akan turun dan kehilangan keseimbangan. Gambaran pertumbuhan ekonomi dunia yang sedang mengalami mati angin tidak membuat suatu kebijakan pemerintah akan menimbulkan angin kencang seketika.

Ketakutan mendapatkan cibiran dari masyarakat tidak perlu membuat pemerintah bertindak tidak rasional. Kebijakan yang diambil akan mengacu kepada janjinya kepada masyarakat.  Tindakan pemerintah akan mengalami penekanan berlebihan  dalam pelaksanaannya di masyarakat. Kampanye tentang pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibawah pemerintahannya menjadi ingkar janji yang memiliki dasar pemaaf.  

Dengan demikian, pemerintah Indonesia harus lebih dapat menerima keadaan ekonomi dunia yang memang sedang dalam keadaan terpuruk agar kebijakan yang diambil menjadi lebih realistis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline