Lihat ke Halaman Asli

Winni Soewarno

Orang biasa yang sedang belajar menulis

Aku dan Juar, Si Pemulung

Diperbarui: 22 April 2022   04:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pemulung (Sumber: regional.kompas.com)

   Aku membuka kaca jendela kendaraanku. Mang Juar menoleh. Senyum kecil muncul sambil menganggukkan kepala.

"Mang Juar. Ada kardus dan botol di rumah. Ambil saja ya. Saya sudah siapkan di dekat pagar."

"Baik, bu." Sahut Mang Juar sambil menggangguk. "Nanti kalau Puni sudah datang, saya akan ke sana."

Kuacungkan ibu jariku padanya. Setelah itu aku meluncur menuju tempat kerja.

Adalah Juar dan Puni, suami istri pemulung yang selalu aku lihat setiap pagi saat aku berangkat kerja. Kalau yang satu merapikan kardus bekas, yang lainnya membereskan botol-botol plastik, kemudian menimbangnya. 

Mereka selalu menata dan mengikat apa yang di dapatnya di dekat taman di tikungan jalan masuk ke perumahan.

Ingin tahuku timbul melihat penampilan mereka yang rapi dan bersih. Tidak kucel. Kaos yang mereka kenakan bersih, meskipun tak baru. 

Sarung tangan yang mereka kenakan, membuatku memperhatikannya. Mereka menggunakannya saat bekerja. 

Rasanya tiap hari mereka ganti karena warnanya yang mencolok berbeda beda setiap harinya. Ini tak biasa kulihat pada pemulung yang lain. 

Saat aku melewati jalan itu sepulang kerja, tempat yang mereka gunakan paginya nampak bersih dan rapi. Terkadang aku melihat Juar sedang mencabuti rumput liar atau memotong tanaman di taman itu.

Mulanya, aku hanya ingin berbagi rezeki dengan mereka. Jadi kuminta mereka mampir kalau sedang mencari kardus dan botol. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline