Lihat ke Halaman Asli

Catarina Tenny Setiastri

Ibu, guru, dan pejalan.

Pink Beach, Lombok: Si Pinky yang Ga Pink

Diperbarui: 12 April 2022   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

GPS bersuara, "belok kiri" 

Ga selesai-selesai badan ini tergoncang-goncang lewati jalan bebatuan. Kali ini menurun tajam seperti tak ada ujungnya. Was-was akan kondisi motor dan sepinya jalur, kaki pun meronta ingin selonjor. Jenuh pun meraja dengan deritan suara rem motor.

Dokpri

Tiba-tiba, anakku teriak,"Bu, pantai!" 

Pantai mulai terlihat. Belum terlihat utuh, tapi melegakan raga yang mulai merintih setelah 2,5 jam perjalanan dari Mataram. "Loh, kok ga pink, Bu?" Ih, anakku ini, please deh ga complain.

 Memang sih, awalnya dia yang ngotot kesini karena unik  warna pink pantainya yang begitu indah. Jadi pasti kecewa saat ga dapetin pink di matanya, wkwk. Di luar ekspektasinya. 

Tapi mbok ya protesnya setelah sampai, ini loh jiwa raga masih berjuang, hampir titik 82 km. "Awas minta balik ya Mei" wkwk, tanduk Ibunya auto menumbuh.

Dokpri

Setelah setengah jam berkutat dengan turunan bebatuan, sampailah kami di pink beach. Saat itu sepi, Geiss. Lagi-lagi karena pemilihan waktunya memang weekday. Hanya ada satu warung yang buka. Wkwk, bawa nasting sih, tapi kalo udah lama di perjalanan gini, mending kopinya dibuatin aja ama Bu warung, wkwk.

Jadilah kami menikmati pantai teduh ini. Pepohonan masih banyak dan rimbun saat itu, banyak sebanyak sapi yang kami temui. Jadi adem banget untuk sekedar duduk-duduk, menikmati birunya laut. 

Kalo saya sih, selama pasirnya putih halus, dan bersih, biar ga pinky juga ga masalah. tetap indah, menawan, dan asik buat nongkrong atau main air. Tinggal anakku nih.. Gimana kelanjutan kekecewaannya, yak? wkwk. Hayo tebak... happy ending atau sad ending?wkwk.

Dokpri

Awalnya kami hanya duduk di pantai, ngobrol bareng sambil main pasir. Topik hangatnya masih kenapa pantainya ga pinky seperti di gambar dan kenapa bisa pink. Trus kami carilah coral-coral merah yang nyebabkan pantai ini bisa pink, eh nemu dikit. nah..sepertinya aktifitas mencari akar masalah ini membuat anakku terhibur, dan ga complain lagi.

 Ya ga mungkin pinky lah klo coral merahnya ga ada. And you know, percikan air pantai di kaki, lalu paha, wkwk... itu terlalu menggiurkan, Geiss.

Jadilah dia lupa topik pink, senyum pun mulai mengembang main dan berenang di pantai. Fiuhhh, hahaha. Sang Ibu bisa bernafas lega.

Perjalanan ini mungkin kurang lengkap tanpa ada foto pinky-nya pantai. Tapi klo pejalanannya bisa senyum dan happy... that's the goal, right?

21 Februari 2015
Tenny dan Meira




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline