Lihat ke Halaman Asli

Antonius Rafel M

Communication Student

Kebahagiaan Stoikisme: Mengejar atau Membiarkannya Datang?

Diperbarui: 25 Mei 2022   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar diolah Pribadi dari dreamstime.com

Apakah kebahagiaan dengan memiliki harta banyak? Apakah kebahagiaan ketika mendapatkan pacar/istri cantik? Apakah kebahagiaan ketika mendapatkan naik jabatan? Apakah arti kebahagiaan? Lebih memilih mengejar kebahagiaan atau membiarkan kebahagiaan itu datang?

Halo kawan-kawan, selamat datang dalam blog saya CaptainRafel. Di dalam blog ini saya akan membahas hal-hal yang dicari oleh seluruh manusia dibumi. 

Kebahagiaan. "Mas saya kok engga bahagia-bahagia ya?"."Min, ku udah punya segalanya tapi ku tetap tidak bahagia?". Oke mimin akan memberi tahu mu kebahagiaan sejati yang tidak akan pernah lenyap oleh zaman. Kali ini mimin akan menggunakan Filosofi Stoikisme. 

Sebuah filosofi yang sangat amat relate dengan zaman sekarang yang penuh dengan segala kehedonan, ketamakan, keegoisan, dan hal-hal menyebalkan lainnya. Filosofinya tidak berat-berat amat dan tidak bertentangan dengan agama apapun. Silahkan menikmati ya teman-teman

Kebahagiaan menurut Stoikisme itu berasal dari dalam diri kamu dan bukan berasal dari luar diri kamu. Jadi kamu tidak terpengaruh dengan hal-hal duniawi seperti kekayaan, harta, tahta, atau apapun karena hal-hal itu adalah kebahagiaan yang berasal dari luar. 

Kebahagiaan yang berasal dari diri kamu adalah melalui pikiran mu yang mau menerima dan menghargai sekecilpun apa yang ada. Kamu juga bisa bahagia ketika kamu tidak menerima atau tidak ada emosi negatif di dalam diri kamu. Jadi kalau kamu hari ini tidak marah, egois, tamak, hari itu tidak ada yang spesial atau yang Wow maka hari itu kamu sudah bahagia.

Jadi, kamu tahu kan kenapa ada orang kaya yang hartanya sudah berjibun, rumahnya sudah puluhan tingkat, mobilnya sudah mobil eropa yang sampai miliaran tapi dia tidak bahagia. Itu kenapa? 

Betul. Karena dia mengejar kebahagiaan yang berasal dari luar dirinya. Dia ingin lebih-lebih dan lebih untuk meraih kebahagiaan material. Dia tidak akan pernah bahagia karena dia akan terus mengejar kebahagiaannya tersebut yang tentu saja dari luar dirinya.

Bagaimana dengan orang-orang yang kerjaannya tidak menghasilkan pendapatan yang banyak? Seperti tukang kayu, pemijat badan, tukang servis, penjual telur gulung di tk-tk atau bakan guru honorer yang gajinya terkadang dibawah UMR. Apakah mereka bisa bahagia? Bisa dong. 

Asalkan saja kebahagiaan menurut pekerja ini bukan dari pendapatan atau berapa harta yang ia miliki atau peroleh melainkan dari kesukaan dan manfaatnya bagi banyak orang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline