Lihat ke Halaman Asli

Pandemi dan Dampaknya terhadap Kehidupan Manusia

Diperbarui: 27 Januari 2021   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Awal tahun 2020 merupakan awal tahun yang tidak baik bagi dunia, bagaimana tidak, dunia dikejutkan dengan virus baru yang bernama Covid-19. Virus tersebut dikonfirmasi oleh otoritas Cina pada tanggal 7 Januari 2020, dan disaat itu pula pemerintah Cina melaporkan terdapat lebih dari 2.000 kasus infeksi yang terjadi di Cina, salah satunya Provinsi Hubei. Disaat itulah Covid-19 mulai menyebar ke penjuru dunia tak terkecuali di Indonesia.

Indonesia mengkonfirmasi dua pasien pertama yang terkena Covid-19 pada 2 Maret 2020, dimana kedua pasien tersebut diduga tertular oleh warga Jepang ketika mereka bertemu. Kemudian pada tanggal 12 Maret 2020, pemerintah mengkonfirmasi bahwa pasien bertambah menjadi 34 orang, dengan catatan dua pasien sembuh dan satu pasien meninggal. Untuk menanggapi kasus positif yang semakin bertambah, pemerintah melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada tanggal 16 Maret 2020. Hari pertama PSBB tidak berjalan dengan lancar, pasalnya terlihat di beberapa halte yang berada di Jakarta terjadi penumpukan penumpang yang berpeluang terjadinya penyebaran Covid-19, tetapi hal tersebut sudah ditanggapi oleh pemprov DKI Jakarta.

Adanya PSBB ini menimbulkan banyak perubahan, terutama perubahan yang dirasakan oleh masyarakat, masyarakat kini dipaksa untuk bekerja dan belajar di rumah, yang biasa disebut WFH (Work From Home) dan SFH (Study From Home).bukan hanya bekerja dan belajar, masyarakat khususnya yang beragama islam harus terpaksa untuk tidak melakukan shalat berjamaah di masjid, banyak masyarakat yang menyayangkan keputusan ini walaupun sudah diumumkan oleh MUI, terdapat beberapa kalangan masyarakat yang tidak mengindahkan keputusan MUI, hal ini menyebabkan permasalahan di lingkungan masyarakat karena hal tersebut dapat menyebabkan penyebaran Covid-19.

Selain ibadah, ada lagi permasalahan yang menjadi perdebatan masyarakat, yaitu ekonomi. Adanya PSBB membuat pendapatan sebagian masyarakat menurun, khususnya adalah ojek online (ojol). Kebijakan yang terdapat pada PSBB adalah dilarangnya perboncengan ketika mengendarai motor, hal ini yang menyebabkan penurunan pendapatan ojol, karena sumber utama pencaharian mereka adalah mengantarkan konsumen yang mengharuskan mereka berboncengan. Selain ojol, ada juga sektor kuliner yang sangat berdampak, dari restortan besar hingga warung makan kecil, semuanya terkena dampak. Warung kecil sangat berdampak dengan adanya PSBB, mereka harus menerima bahwa dengan adanya PSBB saat itu, membuat penghasilan mereka menurun drastis. Hal tersebut yang membuat mereka gulung tikar dan memaksa mereka untuk pulang ke daerah asal dan itu dilarang ketika PSBB.

Beberapa influencer menawarkan ide untuk memecahkan masalah yang utamanya dirasakan oleh ojol dan pemilik warung makan, dengan adanya ide tersebut masyarakat yang awalnya saling berdebat akhirnya saling bahu-membahu untuk mensukseskan ide tersebut. Idenya adalah membeli makanan yang dijual oleh warung makan, dan makanan tersebut dikirimkan oleh ojol ke orang yang sangat terkena dampak PSBB ini. "Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui", pepatah tersebut yang ada pada ide ini, dimulai dari donasi yang diberikan oleh berbagai kalangan masyarakat, hasilnya bisa dinikmati oleh beberapa elemen masyarakat seperti ojol, pemilik warung makan dan orang yang membutuhkan.

Tidak semua masyarakat percaya dengan adanya Covid-19. Ada sebagian dari mereka yang beranggapan bahwa virus tersebut adalah hasil konspirasi. Hal ini terjadi karena adanya beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab yang menyebarkan konten-konten yang hanya berdasarkan dengan teori-teori konspirasi lainnya, ditambah dengan keadaan masyarakat yang sudah lelah dengan pandemi dan mudahnya mereka menerima informasi yang hoaks, hal tersebutlah yang membuat informasi hoaks maupun teori konspirasi menyebar luas dengan cepat. Hal ini juga disebabkan oleh kurang gencarnya pemerintah dalam mengedukasi masyarakat walaupun sudah dibentuk hoaxbuster,yaitu program pemerintah untuk membasmi informasi-informasi yang hoaks terutama informasi tentang Covid-19.

Semakin banyak masyarakat yang melanggar dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah, contohya adalah 3M (Menjaga jarak, Mencuci tangan, Memakai masker), ada beberapa penyebab yang membuat masyarakat melanggar peraturan tersebut, yang paling utama adalah peraturan tersebut sangat mengekang kebebasan mereka. Bagaimana tidak, dengan diharuskannya menjaga jarak, mereka harus mengurangi kerumunan disuatu tempat terutama ditempat wisata, hal ini sangat berat dilakukan masyarakat karena mereka ingin liburan untuk menghilangkan stress akibat pandemi ini. Peran pemerintah dimasa-masa seperti ini pun terlihat seperti labil, satu sisi pemerintah ingin menyelamatkan sektor pariwisata, disisi lainnya ingin masyarakat tetap mengikuti peraturan yang ada.

Diakhir tahun 2020 terdapat hari libur natal dan juga tahun baru, hari tersebut biasanya dimanfaatkan masyarakat untuk berlibur, tetapi di waktu pandemi saat ini berbeda, mereka dipaksa untuk tetap di rumah supaya penyebaran Covid-19 tidak terjadi. Tetapi, ada saja sebagian dari mereka yang masih nekat untuk pergi liburan, dan ironisnya tidak menjalankan protokol kesehatan secara maksimal. Hal tersebut menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, pihak yang pro berpendapat bahwa itu adalah hak semua orang untuk berlibur karna adanya waktu yang luang, tetapi pendapat tersebut dibalas dengan pihak yang kontra, karena berlibur ketika masa pandemi saat ini sangat berbahaya, berpeluang untuk menimbulkan kluster baru dalam penyebaran Covid-19.

Setelah perdebatan tentang hari libur usai, kehidupan sosial tidak juga menjadi damai, tetapi ada hal baru yang menjadi perdebatan publik, yaitu permasalahan vaksin Covid-19. Vaksin yang sering dibicarakan adalah vaksin sinovac, vaksin ini bahan pembicaraan karena asal vaksin tersebut dari Cina, dimana tempat Covid-19 berasal, sehingga isu-isu tentang konspirasi naik lagi ke lingkungan masyarakat, selain itu ada juga yang menganggap bahwan beberapa jenis vaksin mengandung chip yang berbahaya bagi manusia, tetapi isu-isu atau informasi tersebut dapat dipatahkan oleh penelitian yang dikerjakan oleh beberapa ilmuwan dunia.

Sampai saat ini, ada sebagian masyarakat yang beranggap Covid-19 itu tidak ada, dan hal ini adalah salahtu penyebab penyebaran Covid-19 di Indonesia masih terus berlangsung bahkan bertambah. Informasi yang tidak tersampaikan dengan sempurna menyebabkan kepusingan sendiri bagi masyarakat, dan berakhir dengan banyaknya dari mereka yang tidak lagi mematuhi protokol kesehatan. Tugas berat bagi pemerintah selain merawat pasien yang positif dan memikirkan sektor ekonomi, pemerintah harus bisa mengedukasi masyarakat dengan metode yang bisa dipahami oleh masyarakat supaya mereka tetap patuh dengan protokol kesehatan dan peduli dengan keadaan yang sedang terjadi.

Pesan yang ingin penulis sampaikan, kita harus sepakat bahwa Covid-19 itu nyata, dan dampaknya pun tidak ringan. Mau konspirasi atau tidak, hanya tuhan yang tau, tetapi tidak mengubah fakta yang dimiliki oleh virus tersebut. Tetap menjalankan protokol kesehatan meskipun berat untuk dilakukan, jaga imun dan iman supaya tubuh kita tetap sehat, dan jangan lupa untuk mengedukasi orang lain jika diantara mereka ada yang masih belum paham tentang situasi sekarang atau mendaptkan informasi yang salah, dengan demikian, semoga apa yang kita lakukan dapat membantu menekan penyebaran Covid-19 sampai keadaan normal lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline