Lihat ke Halaman Asli

Kotak Pandora Nunun

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh drh Chaidir

NUNUN ditangkap. Dan media pun memperoleh mainan baru. Tak ada alasan tak kecanduan dengan sajian berita, semua dikemas atraktif dan seksi. Lihatlah. Setelah Antasari, ada Susno Duaji. Dingin kasus Susno, muncul Gayus menghangatkan suasana setelah jalan-jalan di kasino Makao. Redup Gayus muncul pula Nazaruddin setelah keliling dunia sampai ke Kolombia.

Nazaruddin belum lagi dingin, datang pula Melinda Dee yang sangat menghangatkan dan menggemaskan. Dan kini Nunun, tak ada hujan tak ada angin, tiba-tiba saja muncul dari negeri gajah putih, Thailand. Mungkin esok lusa Neneng atau barangkali Edi Tansil. Tapi mohon maaf, dalam perkara Nunun, jangan tanya Bu Nunun, dimana dia bersembunyi selama ini, mungkin di Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, Pattaya, atau Hongkong. Nunun tidak akan ingat. Bukankah dia telah didiagnosa mengidap penyakit lupa ingatan permanen?

Bagi kita, dimana dimana dimana, kemana kemana kemana (maaf, pinjam frasa Alamat Palsunya Ayu Ting Ting), taklah begitu penting. Seperti juga ungkapan peribahasa pusaka kita, setinggi-tinggi terbang bangau surut jua ke kubangan. Mereka pasti pulang kampung, tinggal cara pulang kampungnya saja. Presiden Obama pulang kampung ketika sedang menjabat Presiden Amerika Serikat. Ayatullah Khomaini pulang kampung ke Teheran dari pengasingannya di Paris, membawa virus revolusi untuk menggulingkan raja diraja Shah Iran.

Sudut penting dari Nunun pulang kampung adalah, sama seperti keberadaan Gayus dan Nazaruddin, Nunun diharap akan membuka tabir jaringan berbagai bentuk mafia di negeri ini. Adakah mafia anggaran, mafia proyek, mafia peradilan, mafia kasus, dan mafia hantu belau itu hanya sebuah mimpi buruk? KPK harus dibantu untuk bisa menyentuh pihak-pihak yang tak tersentuh itu, dan menemukan aktor intelektualnya. Nunun cs sangat diharapkan perannya sebagai pengungkap (whistle blower) adanya aliran dana ilegal. Bukankah rekening jumbo aparat keamanan, penguasa dan politisi (dan sekarang juga PNS muda) itu, bukan isapan jempol belaka? Tak masalah kalau itu legal, tapi kalau tidak?

Nunun cs sebenarnya diharapkan laksana Kotak Pandora dalam mitologi Yunani kuno itu. Sebuah kotak yang oleh Dewa Zeus dilarang untuk dibuka, tapi patung gadis cantik bernyawa, pujaan Zeus, tergoda untuk membukanya. Maka kotak itu pun dibuka oleh Pandora. Ketika kotak tersebut terbuka, dari dalam kotak berhamburanlah segala macam keburukan, seperti penyakit, wabah, kesedihan dan keputusasaan. Konon sejak itu, bumi mulai mengenal penyakit dan segala macam keburukan hidup lainnya. Hanya saja, ternyata, di dalam kotak itu juga masih ada satu benda lain. Benda itu kecil bentuknya, terletak di sudut kotak . Namanya: “Harapan”. Sekali lagi konon, benda inilah yang kelak digunakan manusia di bumi untuk terus bertahan dari segala macam penyakit, wabah, kesedihan, keputusasaan, dan berbagai keburukan lainnya.

Adakah harapan di sebalik kasus Nunun cs? Yang terjadi justru kerdilisasi dan bonsainisasi kasus. Kasus besar dikecil-kecilkan, setelah kecil dihilangkan. Tertangkapnya Nunun dan Nazar, membuat media bergembira ria, tapi kemudian selesai sampai di situ. Persis seperti perumpamaan, Bagai si kudung beroleh cincin. Satu persatu kotak Pandora terbuka, tapi kita tetap kehilangan momentum untuk bersih-bersih.

Tentang Penulis http://drh.chaidir.net/




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline