Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Bebek Berkelir Merah Cabe yang Bersejarah

Diperbarui: 21 April 2021   06:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto motor bebek berkelir merah cabe adalah dokumen pribadi

Di jembatan merah, bebek berkelir merah cabe berhenti. Dari awang-gemawang matahari memandang garang. Pengendaranya berkeringat. Basah melekat. Bau menyengat.

Uap bensin!

Melalui lubang di sayap putih ditengoknya karburator, pengabut bahan bakar ke ruang mesin 70 CC. Tidak tampak kebocoran. Bau bensin kian tajam.

Ia menarik tuas pengait di bawah jok yang kemudian diangkatnya. Terlihat bensin telah morat-marit berhamburan dari lubang tangki menganga..

"Ah, tutupnya hilang."

Rudolfo lemas. Ia pindahan dari SMA di kota jauh.

Sebagai anak bawang, ia tahu diri, tidak bisa berlaku jemawa di tempat baru dan tidak mampu protes ketika dirisak oleh siswa-siswa yang lebih lama. Kehilangan tutup bensin adalah satu dari rangkaian perundungan.

Di kelas, selain Rudolfo, ada juga siswi pindahan, tetapi berbeda kota asal yang terkenal sebagai gudang mojang geulis.

Di bawah rambut bergelombang lembut tersimpan otak encer. Menyantap pelajaran dengan lahap. Mengunyah sejarah tanpa lelah. Juga merekam ilmu alam, matematika, bahasa, biologi, sosial budaya dengan semangat.

Pada akhir penilaian, gadis bermata bintang itu memperoleh akumulasi nilai paling tinggi, melewati Rudolfo. Sementara rata-rata ponten siswa-siswi lain berada jauh di bawah nilai dua murid itu.

Mendadak kelas yang mayoritas diwarnai oleh pandangan maskulinitas, dengan mengabaikan perspektif feminis, berpihak kepada Rudolfo dengan menegasikan pencapaian Vinny.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline