Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Ormas, Bergas tapi Beringas

Diperbarui: 28 Januari 2020   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi: seragam loreng salah satu ormas yang masih tersimpan.

Gabungan Polres Sukabumi dan Cianjur, diperkuat pasukan Brimob Polda Jabar serta TNI, menjaga ketat jalan nasional Sukabumi-Cianjur, Jawa Barat, setelah timbulnya bentrokan antara dua organisasi masyarakat (Ormas), BPPKB versus Sapu Jagat.

Bentrokan terjadi hari Jum'at (24/01/2020), berlanjut sampai Sabtu (25/01/2020), tiga orang korban luka-luka akibat bacokan senjata tajam.

Mengantisipasi meluasnya bentrokan, pasukan gabungan mengerahkan ratusan aparat di perbatasan-perbatasan untuk mencegah massa anggota ormas memasuki Kota Sukabumi.

Empat hari sebelumnya, Senin siang (20/01/2020), dua ormas, Pemuda Pancasila (PP) dan Badan Pembinaan Potensi Keluarga Besar Banten (BPPKB) saling serang dengan senjata tajam, balok kayu, dan bambu.

Aparat Polres Kota Bogor menembakkan senjata api ke udara demi membubarkan pertikaian di ruang publik itu. Petugas kepolisian dikerahkan untuk menjaga situasi, mengingat isu menggelombangnya anggota ormas dari Bekasi, Depok, Tangerang, Bogor.

Keributan antarormas sebelumnya terjadi di Cikampek, Solo, Pemalang, Kebumen, Jakarta, Tangerang, Bekasi. Bahkan, beberapa tahun lalu, di Bogor, benturan antar ormas menyebabkan kematian.

Menalari kisah gangster, apakah itu Mafioso, Yakuza, Triad, dan lainnya, benak akan dipenuhi pertikaian antar gangster, berdarah-darah merebutkan kekuasaan dan uang di area: judi, prostitusi, narkoba, dan merkantilis haram lainnya.

Tapi bentrokan antar ormas domestik di atas tidak begitu saja disebandingkan dengan kisah mafia skala internasional: perebutan ruang yang mendatangkan uang gampang.

Saya akan berkisah pengalaman (pernah) ikut ormas dan asam-garam menghadapinya secara langsung, sebagai berikut:

Keterlibatan dalam Ormas
Ketika bujangan, saya diperbantukan mencatat transaksi keuangan dan administrasi pada sebuah himpunan dipimpin YR, yang notabene petinggi ormas paling disegani di zaman itu (sekitar tahun 92-an). Pekerjaan itu dilakukan malam, usai bekerja di lembaga keuangan swasta. Inilah mula saya terbiasa double job, bahkan lebih. Skip!

Himpunan itu mengutip iuran, dengan surat resmi, kepada pengelola tempat hiburan (cafe, karaoke, night club, panti pijat, diskotik) se-Jakarta dengan imbalan "pengamanan". Aura kengerian menjadi modal utama. Tidak nampak tetapi nyata, sehingga pengelola tempat hiburan "sungkan" jika tidak menyetor iuran bulanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline