Lihat ke Halaman Asli

Hotgantina S

Hidup untuk berbagi. Berbagi untuk hidup.

(Sumpah) Pemuda: Dulu dan Sekarang

Diperbarui: 29 Oktober 2016   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: http://www.cumaberita.com/berita/2062/isi-puisi-naskah-sumpah-pemuda-asli-28-oktober-1928#prettyPhoto

Delapan puluh delapan tahun silam, tepatnya tanggal 28 Oktober 1928, sekitar 700 pemuda-pemudi Nusantara dari berbagai daerah berkumpul di Jakarta. Mereka ingin negerinya merdeka dari penjajahan. Salah satu cara untuk meraihnya, mereka mengikrarkan sumpah untuk memiliki Satu Tanah Air, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. Tujuannya: bangsa bersatu untuk memperjuangkan kemerdekaan dan mengusir penjajah. 

Salah satu pemuda itu bernama Muhammad Yamin, lahir pada tahun 1903. Ia seorang pemuda asal Minangkabau, Sumatera Barat. Kecintaanya pada bahasa dan sastra mendorongnya untuk mengajukan sumpah memiliki bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.

Pemuda lain bernama Soegondo Djojopoespito, seorang pemuda Jawa yang lahir pada tahun 1905.Sebelum tergabung dalam Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) pada tahun1925, ia mengeyam pendidikan hukum di Batavia. Pendidikan itu pulalah yang membukakan pikirannya bahwa bangsa ini harus merdeka. Lalu, pada tahun 1928, ia menjabat sebagai ketua panitia Kongres Pemuda II. Rumusan sumpah pemuda dituliskan oleh Muhammad Yamin dalam secarik kertas dan memberikannya pada Soegondo.

Amir Syarifuddin Harahap, seorang pemuda Batak kelahiran tahun 1907 ikut berpartisipasi dalam Kongres Pemuda II tahun 1928. Terlahir dari keluarga aristokrat dan intelektual tak membuatnya puas diri untuk dirinya sendiri. Ia belajar sampai ke negeri Belanda lalu menyumbangkan ide perjuangan bangsa untuk melawan penjajah. Ia memberikan banyak masukan saat perumusan Sumpah Pemuda. 

Mewakili bagian Timur Indonesia, Johannes Leimena turut ambil bagian dalam perumusan Sumpah Pemuda tahun 1928. Pemuda yang lahir tahun 1905 ini adalah seorang aktivis kebangsaanyang gencar melakukan pergerakan untuk persatuan Indonesia. Ia pun didaulat menjadi ketua Jong Ambon. 

Lagu “Indonesia Raya” tanpa teks pertama kali diperdengarkan pada saat Kongres Pemuda II. Pemuda bernama Wage Rudolf Supratman lah penciptanya. Kecintaannya pada musik khususnya biola membuatnya untuk berkontribusi membangun persatuan pemuda-pemudi jaman penjajahan. Meski ia meninggal sebelum Indonesia merdeka, harapannya tercapai lewat karyanya. Lagu “Indonesia Raya” pun menjadi lagu kebangsaan Indonesia.

Pemuda lain asal Jawa bernama Soenario Sastrowardoyo. Pemuda kelahiran tahun 1902 ini berperan sebagai penasihat dan pembicara pada saat Kongres Pemuda II 1928. Berbekal pengalaman pendidikan dari Belanda mendorongnya untuk menggerakkan persatuan melawan penjajah. 

Rumah yang dipakai untuk Kongres Pemuda adalah milik pemuda keturunan Tionghoa bernama Sie Kong Liong. Rumah yang beralamat di Jalan Kramat No. 106 ini disewa oleh pemuda-pemuda nasionalis yang sedang menempuh pendidikan dokter di STOVIA. Meski tampak sederhana, rumah ini dipakai pemuda-pemudi berbudi luhur yang bersatu memperjuangkan kemerdekaan bangsanya lewat ikrar Sumpah Pemuda. Rumah itu kini menjadi Museum Sumpah Pemuda. 

Itulah beberapa tokoh Sumpah Pemuda yang rela memberikan waktu, tenaga dan materi untuk bangsanya.

Berkaca pada tokoh-tokoh di atas, keterbatasan situasi dan kondisi tak membuat para pejuang terdahulu berhenti berkarya. Mereka berjuang hingga akhir hayat. Sumpah mereka tak asal-asalan. Justru momentum itulah yang menjadi cikal bakal berdirinya Negara Indonesia. Mereka berlomba-lomba menyumbangkan kemajuan bagi bangsanya. Mereka bahu-membahu mencapai cita-cita bersama. Kemerdekaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline