Lihat ke Halaman Asli

Ruang Berbagi

TERVERIFIKASI

🌱

Saya Jumpa Wanita Palestina di Israel (Kisah Humanis Hubungan Israel-Palestina)

Diperbarui: 22 Juli 2020   18:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Yerusalem-dokpri

Baru-baru ini media massa ramai membahas mengenai Palestina yang tidak tersua dalam peta Google. Dilansir Kompas.com, pengguna aplikasi Peta Google kala mengetik kata Palestina akan diarahkan ke peta Israel.

Ada wilayah yang ditandai garis putus-putus, yakni Jalur Gaza dan Tepi Barat. Sesuai kebijakan Google, wilayah yang masih jadi objek sengketa dilukiskan dengan garis abu-abu putus-putus. 

Tangkapan layar dari Google Maps. Wilayah negara Palestina yang dianggap batas-batas yang disengketakan ditandai dengan garis abu-abu putus-putus.(KOMPAS.com/Arum Sutrisni Putri)

Sejatinya, 132 negara anggota PBB mengakui kedaulatan Palestina. Artinya, 82 persen warga dunia mengakui keberadaan Palestina sebagai negara berdaulat. Indonesia adalah salah satu negara yang mengakui kedaulatan Palestina. 

Sejarah konflik Israel-Palestina dapat disimak dalam beberapa artikel Kompas.com berikut ini: 1, 2. 

Perjalanan Saya ke Tanah Suci 

Beberapa tahun lalu, saya diberi kesempatan oleh Tuhan YME untuk mengikuti kursus arkeologi alkitabiah di Tanah Suci. Saya dapat memasuki wilayah Israel berkat status sebagai mahasiswa sebuah universitas yang memiliki hubungan baik dengan lembaga pendidikan di Yerusalem. 

Seandainya tidak, agak repot mengurus visa ke Israel. Maklum saja, setahu saya tidak ada hubungan diplomatik resmi antara Israel dan Indonesia. 

Para peziarah Indonesia yang mengadakan perjalanan ke Israel umumnya memasuki wilayah Israel dengan visa yang diurus pengelola wisata ziarah. 

Kala itu saya sempat sedikit kikuk waktu tiba di bandara Tel Aviv. Tak seperti rekan-rekan mahasiswa lain yang lancar jaya, saya dan seorang rekan asal Pakistan serta beberapa rekan lain melewati proses yang lebih lama.

Maklum saja, seperti orang Indonesia, orang Pakistan juga sulit masuk Israel karena panasnya hubungan politik kedua negara. 

Untunglah, saya akhirnya diizinkan keluar bandara. Sementara, rekan saya dari Pakistan tertahan beberapa jam sebelum akhirnya juga diperbolehkan masuk. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline