Lihat ke Halaman Asli

Bisnis dan Manajemen

Pemikiran dan motivasi

Pengantar Buku 100 Anak Tambang Indonesia (100 ATI)

Diperbarui: 1 Agustus 2021   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Flyer Buku 100 Anak Tambang Indonesia ( 100 ATI )

Buku 100 Anak Tambang Indonesia

Buku 100 ATI

Di meja makan tersedia garpu dan sendok. Rumah kita dialiri listrik untuk penerangan. Membangun rumah butuh semen, seng dan paku. Kita juga butuh Handphone untuk berkomunikasi, dan laptop untuk bekerja. Saat berpergian kita butuh sepeda motor, mobil, kereta atau pesawat terbang, tapi dari manakah semua itu berasal? Hampir semua teknologi yang memudahkan kehidupan manusia di planet ini bahan bakunya dihasilkan dari tambang!

Tambang adalah aktivitas paling purba yang pernah dan masih dilakukan manusia hingga sekarang. Industri pertambangan pula yang membantu 7,8 miliar penduduk bumi mengembangkan peradabannya di planet ini.

Di Indonesia hubungan tambang dengan warga antara rindu campur benci. Padahal tanpa tambang, niscaya Anda tak akan menikmati semua fasilitas yang disebutkan tadi. Mungkin Anda masih naik kuda pergi ke kantor, masih tinggal dalam gua tanpa listrik, naik kole-kole (perahu lesung) dari Kabupaten Asmat ketika pergi ke Jakarta.

Cerita dunia tambang yang muncul ke publik masih didominasi kisah-kisah yang suram dan negatif. Praktik-praktik pertambangan yang buruk di masa lalu dan diberitakan oleh media, berkontribusi besar dalam pembentukan citra dunia tambang sampai hari ini. Salah satunya stigma bahwa tambang adalah biang kerusakan lingkungan hidup dan pelanggar hak-hak masyarakat lokal, masih melekat. Padahal sekarang dunia pertambangan dan insannya sudah jauh berubah dengan menerapkan apa yang disebut Good Mining Practice.

Lebih minim lagi adalah cerita yang mengungkapkan manusia yang bekerja di sektor ini.  Padahal mereka memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Setidaknya pada tahun 2019 sektor pertambangan masih menyumbang 7,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan menyediakan berbagai fasilitas yang membuat Anda dan saya merasa nyaman hidup di era revolusi industri 4.0. 

Dunia tambang memang tak ubahnya 'puncak gunung es'.  Bagian atasnya yang tersembul sedikit ke permukaan (puncak), itu yang kita nikmati sekarang. Sementara dunia bagian bawahnya tak kita kenal. Karena itu hampir tak ada yang tahu kisah para anak negeri yang berjuang di sektor pertambangan, dalam rangka turut membangun bangsanya dengan bersimbah keringat dan air mata.

Di tempat inilah peristiwa-peristiwa kemanusian jarang dipotret, dan diperbincangkan. Kalau pun ada, biasanya langsung tertimbun oleh cerita-cerita mengenai pertumbuhan ekonomi, atau terkubur oleh angka-angka statistik rugi laba dan investasi.

Cerita-cerita tersebut tetap terpendam, dan ketika sesuatu yang buruk (negatif) terjadi barulah mata publik mengarah kepada mereka, tanpa melihat lagi bagaimana orang tambang sudah berjuang, memberikan 'hidupnya' untuk nusa dan bangsa, untuk profesi dan juga perusahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline