Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Terbit, Pentigraf Antikorupsi dari Ratusan Penulis

Diperbarui: 22 Januari 2021   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Pentigraf (dokpri)

Korupsi, penyakit masyarakat yang amat berbahaya itu, masih saja menggurita bagaikan pandemi. Berbagai upaya telah dilakukan. Lalu bagaimanakah sikap para penggiat literasi? 

Tentu saja, hampir serempak mereka pun menyatakan ketidaksetujuan terhadap korupsi. Sudah cukup banyak tulisan para penggiat literasi yang menggemakan seruan antikorupsi.

Para penyair sudah sejak lama menulis puisi-puisi dengan tema anti korupsi. Bahkan sejak 2013, para penyair bersatu padu menerbitkan beberapa kali antologi Puisi Menolak Korupsi. Dimotori sastrawan Heru Mugiarso dan Sosiawan Leak, puisi-puisi anti korupsi ditampilkan para penyair Indonesia dalam beberapa buku.

Belum lama ini, terbit juga sebuah kumpulan cerpen tiga paragraf  berjudul Hanya Nol Koma Satu. Digagas oleh Tengsoe Tjahjono, seorang cendekiawan dan sastrawan asal Surabaya, buku berisi kumpulan karya dari 108 penulis itu diterbitkan oleh Penerbit Tankali dengan ISBN 978-623-7451-74-7, dengan kurator yang sekaligus editor adalah Tengsoe Tjahjono sendiri.

Tengsoe Tjahjono memang penggagas bentuk literasi yang disebut cerpen tiga paragraf atau dikenal juga dengan singkatannya yang telah menjadi istilah tersendiri, pentigraf. Ini adalah jenis flash fiction khusus, yaitu kisah-kisah fiksi mini, yang dibatasi hanya tiga paragraf saja. 

Paragraf pertama adalah pembuka atau perkenalan pada isi cerita, dilanjutkan dengan isi utama di paragraf kedua, dan penutup di paragraf ketiga. Sebagaimana cerita-cerita pendek singkat atau sering disebut juga cerita mini, umumnya -- walau pun tidak harus selalu begitu -- penulis akan memasukkan unsur plot twist di bagian akhir. Kisah penutup yang kemungkinan besar tak terduga oleh pembaca.

Bagi Tengsoe Tjahjono, Hanya Nol Koma Satu, merupakan kitab pentigraf yang sekaligus menyambut ulang tahun ke-5 Kampung Pentigraf, yaitu komunitas para penulis pentigraf di bawah asuhannya. 

Buku yang baru saja terbit Januari 2021 menghimpun 258 pentigraf, yang seperti dikatakan Tengsoe Tjahjono, tampil dengan berbagai gaya tutur dan ragam tema antikorupsi yang akan memperkaya wawasan pembaca mengenai korupsi.

Karya pentigraf dalam buku (dokpri)

Secara keseluruhan, membaca karya-karya di dalam buku itu, memang terlihat betapa beragamnya gaya penuturan penulisnya. Ada yang surealis bahkan super surealis, ada yang tetap seperti umumnya cerpen biasa yang termasuk kategori slice of life namun dengan plot twist di akhir cerita, dan lainnya.

 Ada yang panjang memenuhi satu halaman buku cetak, namun ada yang membatasi diri menulis seperlunya saja, lebih efisien dalam penggunaan kata dan kalimat.

Apa pun itu, tulisan-tulisan yang ada, sekali lagi menunjukkan semangat para pengggiat literasi untuk menyuarakan antikorupsi. Seperti dikatakan Tengsoe Tjahjono dalam pengantarnya," ... korupsi tidak membuat orang bahagia. Korupsi hanya membuat orang tersiksa lahir batin seumur hidup. Andaikata koruptor merasa bahagia dengan korupsi, sebenarnya itu hanyalah kebahagiaan semu".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline