Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Filateli Tetap Ada dan Tetap (Bisa) Menarik

Diperbarui: 20 Oktober 2020   03:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peluncuran Prangko Seri Penanggulangan Covid-19 sebagai apresiasi kepada tenaga medis & semua pihak yang telah berjuang memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat/Foto: kominfo.go.id

Akhir-akhir ini ada yang mempertanyakan eksistensi filateli atau hobi mengumpulkan, merawat, dan mempelajari prangko dan benda pos lainnya. 

Ditanyakan, apakah filateli masih bisa tetap ada. Padahal, layanan pos di Indonesia saat ini sudah jarang menggunakan prangko. Sampai-sampai ada yang menulis "filateli dimatikan pemiliknya sendiri".

Ada juga yang menyebutkan bahwa prangko dicetak tapi sudah tidak digunakan lagi, sehingga hanya menjadi semacam sticker untuk koleksi saja. Tidak ada lagi kegunaannya. Ini bakal berdampak pada "matinya" filateli. Betulkah itu?

Sebenarnya, sekitar dua puluh tahun lalu, saya sudah pernah membahas hal ini. Judul "Filateli Tetap Ada dan Tetap (Bisa) Menarik" adalah judul makalah dalam suatu lokakarya pelatihan filateli yang diadakan di Yogyakarta pada akhir 1990-an. 

Saat itu, Pemerintah menggagas program "Sejuta Filatelis", yang pertama kali diungkapkan oleh Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi (Menparpostel) Soesilo Soedarman pada pembukaan Pameran Nasional Filateli 1989, yang waktu itu diadakan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

Gagasan itu lebih ditumbuhkembangkan ketika Menparpostel berganti dijabat oleh Joop Ave. Bahkan pada 1995 untuk pertama kalinya para filatelis Indonesia diberi anugerah tertinggi, Adikarya Pos oleh Menparpostel dalam suatu acara yang dihadiri oleh Bapak Presiden Soeharto. 

Saat ini penerima pertama Adikarya Pos adalah Ketua Umum Pengurus Pusat Perkumpulan Filatelis Indonesia (PP PFI), Letjen TNI (Purn) Mashudi, kemudian filatelis senior dari Surabaya, Ryantori, dan saya sendiri, Berthold Sinaulan, yang merupakan seorang wartawan yang sering menulis berbagai hal tentang filateli.

Untuk mewujudkan program Sejuta Filatelis itu jugalah, berbagai program diadakan oleh Departemen Parpostel bersama Perum Pos dan Giro, yang kemudian diubah bentuk perusahaannya menjadi PT Pos Indonesia pada 1995. 

Salah satunya adalah lokakarya berbentuk pelatihan-pelatihan filateli di berbagai daerah di Indonesia. Saya ditunjuk menjadi salah satu tenaga pemberi materi, bersama Pak Riyanto, pensiunan pegawai PT Pos Indonesia yang kemudian menjadi salah satu andalan di Sekretariat PP PFI. 

Kami sempat ke mana-mana. Bahkan kami juga sempat memberikan materi pengenalan filateli kepada para calon pegawai PT Pos Indonesia yang sedang dididik di akademi pos di Bandung.

Rajanya Hobi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline