Lihat ke Halaman Asli

Anjar Anastasia

... karena menulis adalah berbagi hidup ...

Kepada Siapa pun, Berkalimat Baiklah

Diperbarui: 12 Juni 2021   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Sudah beberapa waktu lalu kejadian ini berlangsung.

Saya baru teringat lagi begitu ada beberapa kenalan yang mirip-mirip kejadiannya. Membuat saya tersadar kembali untuk tetap menggunakan kalimat baik dalam berinteraksi.

Tiap kali menemui seorang teman, saya pasti akan melalui si Mbak satu ini. Dia pun sudah hapal saya mau bertemu siapa. Maka kalau sambil menunggu si teman, saya dipersilahkan duduk di sekitarnya bekerja. 

Dia nampak tidak merasa terganggu dengan kehadiran saya. Karena kondisi ini pula, saya cuek-cuek juga kalau terpaksa mendengar dia menelpon seseorang. Entah siapa. Suaranya yang lantang, membuat usaha keras saya untuk tidak mendengar, ya kedengeran juga. Jadi, jangan salahkan saya kalau pada akhirnya saya bisa nulis ceritanya di sini ya hehe...

Meski kami nggak pernah ngobrol sampai lama atau pribadi, tapi dari gayanya menelpon dan beberapa orang lain yang sempat cerita, mbak satu ini memang unik. Dia selalu terlihat ingin sempurna. Ingin selalu dilihat sebagai perempuan bahagia meski dia tidak menikah. Selalu terlihat baik dan murah hati kepada orang lain di sekitarnya dan terlihat punya wawasan luas.

Terbukti, seringnya yang terdengar ditelpon adalah pembahasan tentang nasihatnya kepada yang ditelpon dan dihubungkan dengan ajaran agama yang dianutnya. Seringkali ia seperti mengajak yang ditelpon itu membaca semacam ringkasan atau kutipan kitab suci gitu.
Saya nggak terlalu paham. Cuma tahu bahwa itu bagian dari ajaran agamanya.

Suatu hari, si teman saya pernah cerita kalau si mbak ini pernah memarahi yuniornya karena sedikit kesalahan.
Tapi marahnya itu lho...
Sekantor sampai denger meski mereka sedang ada di ruang rapat.Bos mereka sampai harus turun tangan.

Nggak dijelasin detail apa kesalahannya. Hanya dibilang itu perkara kecil dan bisa langsung diatasi setelah keduanya diberi pengertian termasuk posisi rekan kerja si yunior.

Si teman cerita, yang kemudian bikin sakit hati yuniornya itu adalah pilihan kalimat katanya.
Bikin sakit hati.

Sampai akhirnya si bos sengaja muterin tugas kerja yunior itu sampai merasa tenang dan siap lagi berhadapan dengan si mbak itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline