Lihat ke Halaman Asli

Swarna

mengetik šŸ˜Š

Jangan Paksa Berlari

Diperbarui: 2 Mei 2019 Ā  16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

"Lagi apa mbak kog naik-naik sampe ke Monas gitu."

"Eh Ro sini Ro, kowe mau aku beri tahu ya, itu kota gede yang rame padet dan hmmm sedikit rungsep di pinggirannya, itu mau di pindah."

"Ah masak? Tahu dari mana to mbak Jum?"

"Dari tempe, ah kamu tuh, sini, IncengenĀ tala kae, luasnya seperti itu mau boyong itu bagaimana ya?"

"Eh iya mbak, luas banget ya, aku bisa lihat masjid Istiqlal dan gedung-gedung dari sini. Lha bagimana ngangkut orangnya ya kalau pindah?"

"Yo mbuh piye ya? Orange buanyak gitu, kalau jaman di desa kita dulu kan desa kita mau dijadikan waduk kita boyong satu kecamatan ditransmigrasikan sama Pak Presiden. Lha ini ibu kota pindah, Jakarta mau dijadikan apa ya?"

"Juro, Juro kamu kira sak orangnya to oindah itu?"

"Hla namanya pindah itu kan beralih orangnya, iya kan mabk Jum?"

"Ya, tapi kalau ibu kota yang pindah bukan berarti semua masyarakat Jakarta juga ikut pindah." Jumintul rada kesel lihat Juro yang lola

"Mbak mbak, apa karna isu Jakarta mau tenggelam ya, yerus ibu kota mau dipindah, mau dipindah kemana mbak? Hla kan di tipi semua daerah banjir, piye mbak?"

"Horaaa ngertozzz Roooo, sing tak pikir mung aku sesuk bisa sarapan sega pecel iwak mendol wes marem."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline