Terus. Dipertegas dengan pengulangan, terus-menerus. Jalan terus. Terus jalan. Maju terus. Terus maju. Tambah terus. Terus tambah. Hidup ini dari awal terus maju dan maju terus, terus tambah dan tambah terus. Kata terus ini maknanya kabur dan jelas. Kabur karena hidup ini dari mana dan mau terus ke mana. Jelas karena hidup ini dari DIA dan terus ke DIA, TUHAN. Ah, ini gampang sekali dan kalau gampang, tidak perlu dipersulit dengan pikir aneh-aneh tentang arti dan makna kata ini, terus.
Terus hidup. Hidup terus. Siapa yang tidak mau hidup terus dan terus hidup? Pertanyaannya ialah: saya, anda, dia, kita hidup terus dan terus hidup ini mau sendiri atau ada yang mau sehingga hidup terus dan terus hidup? Kalau mau sendiri maka bisa saja kita berhenti sewaktu-waktu atau istirahat sedikit atau istirahat lama. Nyatanya, hidup ini tidak ada istirahat. Sambung menyambung terus dari detik ke detik sampai tahun demi tahun. Kembali ke kunci jawaban, DIA Yang mau kita hidup terus dan terus hidup. Untuk itu kita diberi empat unsur dalam diri kita: Nafsu + Nalar + Naluri+ Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).
Nafsu kita itu dorong kita terus ke depan, tidak ke belakang. Nalar melihat terus ke hari esok lebih banyak dari pada hari kemarin. Naluri ajak sesama untuk sama-sama terus hidup apa pun terjadi. Nurani tenang kalau sudah lewat sehari hidup dan mohon untuk terus hidup besok.
Terus hidup dan hidup terus bukan kehendak kita. Kehendak DIA. Kita hanya menjalani saja hidup ini dengan menggiatkan empat unsur dalam diri kita secara baik, benar dan bagus (3B). Jangan pikir istirahat atau berhenti hidup. Itu bukan wewenang kita. Hidup dari diri dan sesama jangan diganggu karena setiap orang yang ada dekat atau jauh dari kita, sama-sama terus hidup dan kapan terus tembus ke hidup yang abadi, urusan dari DIA.
Mari kita syukuri saja hidup ini dengan tetap jaga empat unsur dalam diri kita itu bekerja terus.