Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Terus dari Sudut Filsafat

30 Juli 2021   21:33 Diperbarui: 30 Juli 2021   21:35 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Terus. Dipertegas dengan pengulangan, terus-menerus. Jalan terus. Terus jalan. Maju terus. Terus maju. Tambah terus. Terus tambah. Hidup ini dari awal terus maju dan maju terus, terus tambah dan tambah terus. Kata terus ini maknanya kabur dan jelas. Kabur karena hidup ini dari mana dan mau terus ke mana. Jelas karena hidup ini dari DIA dan terus ke DIA, TUHAN. Ah, ini gampang sekali dan kalau gampang, tidak perlu dipersulit dengan pikir aneh-aneh tentang arti dan makna kata ini, terus. 

Terus hidup. Hidup terus. Siapa yang tidak mau hidup terus dan terus hidup? Pertanyaannya ialah: saya, anda, dia, kita  hidup terus dan terus hidup ini mau sendiri atau ada yang mau sehingga  hidup terus dan terus hidup? Kalau mau sendiri maka bisa saja kita berhenti sewaktu-waktu atau istirahat sedikit atau istirahat lama. Nyatanya, hidup ini tidak ada istirahat. Sambung menyambung terus dari detik ke detik  sampai tahun demi tahun. Kembali ke kunci jawaban, DIA Yang mau kita hidup terus dan terus hidup. Untuk itu kita diberi empat unsur dalam diri kita: Nafsu + Nalar + Naluri+ Nurani. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Nafsu kita itu dorong kita terus ke  depan, tidak ke belakang. Nalar melihat terus  ke hari esok lebih banyak dari pada hari kemarin. Naluri ajak sesama untuk sama-sama terus hidup apa pun terjadi. Nurani tenang kalau sudah lewat sehari hidup dan mohon untuk terus hidup besok. 

Terus hidup dan hidup terus bukan kehendak kita. Kehendak DIA. Kita hanya menjalani saja hidup ini dengan menggiatkan empat unsur dalam diri kita secara baik, benar dan bagus (3B). Jangan pikir istirahat atau berhenti hidup. Itu bukan wewenang kita. Hidup dari diri dan sesama jangan diganggu karena setiap orang yang ada dekat atau jauh dari kita, sama-sama terus hidup dan kapan terus tembus ke hidup yang abadi, urusan dari DIA. 

Mari kita syukuri saja hidup ini dengan tetap jaga empat unsur dalam diri kita  itu bekerja terus. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun