Lihat ke Halaman Asli

Belajarlah pada Anak Kecil!

Diperbarui: 1 Oktober 2021   10:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bacaan  Jumat,  1 Oktober 2021

Mat 18:1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" 2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka 3 lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. 5 Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

Renungan

Tempat kerja saya dan tempat bersekolah anak  di Muntilan di Muntilan, Magelang. Sementara kami tinggal di lereng Merapi, sekitar 8 km dari Muntilan. Mulai tahun 1998-an kami mesti berempat berboncengan sepeda motor pergi pulang. Anak bungsu di depan, dua lainnya di belakang. Ketika pulang, anak bungsu ini pasti tertidur dalam rangkulan tangan kiri, sementara tangan kanan harus pegang setang. Si bungsu, anak kecil yang masih TK ini tidur dengan pulas.. Terlelap, tanpa takut, cemas khawatir akan kemungkinan sewaktu-waktu roda sepeda motor terantuk batu, terpeleset jatuh atau celaka. Dengan tenang dia pejamkan mata full penuh  rasa aman dan nyaman hingga tiba di rumah.

Pengalaman sekian tahun lalu membantu memahami sabda Yesus dalam bacaan Injil hari ini. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga"

Bacaan Injil hari ini merupakan bagian awal dari wejangan Yesus yang berhubungan dengan kehidupan menjemaat, hidup sebagai komunitas. Wejangan yang berkaitan dengan keharusan-keharusan bersikap bertindak baik, tata tertib yang mesti diikuti oleh siapapun yang memutuskan untuk hidup bersama sebagai pengikut Yesus.

Wejangan itu diawali pertanyaan siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga oleh murid-murid-Nya. Beda dengan narasi Markus, dalam Injil ini pertanyaan tidak muncul setelah pemberitahuan kedua penderitaan-Nya, tidak menjadi bahan pertengkaran di antara para murid, dan muncul karena mereka tidak dapat memahami pernyataan-Nya.

Para murid-Nya menganggap Kerajaan Surga sebagai wujud kehidupan bersama, hidup komunitas dengan titik sentralnya adalah Yesus. Anggapan yang lantas melahirkan pemikiran siapa yang terbesar dari antara mereka dalam kehidupan bersama yang dibentuk-Nya.

Terkait pertanyaan itu, Yesus berbicara dengan  sebuah tanda. Berbicara-Nya seperti para nabi, memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku."

Ada tiga hal dari pernyataan Yesus terkait siapa yang akan menjadi terbesar dalam Kerajaan Surga. Yaitu  keharusan bertobat, merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil. Pernyataan yang ketiga ini  menjadi seperti anak kecil bahkan  ditegaskan dua kali. Kesahajaan, sikap transparan, "blaka suta", blak-blakan, terbuka, tidak "neka-neka", tidak terlintas untuk bersandiwara, apalagi mereka-reka peristiwa, adalah ciri khas kebeningan hidup anak kecil. Kearifan hidup anak kecil yang seratus persen mengandalkan liyan, hidup  benar, murni, suci dan ugahari  adalah dasar kebesaran manusia dalam Kerajaan Surga.

Untuk menjadi terbesar dalam Kerajaan Surga, para murid dipanggil untuk menjadi seperti anak kecil. Mereka mesti dengan kepercayaan utuh penuh menaruh seluruh hidupnya kepada Allah. Seperti  begitu penuh percayanya si bungsu tertidur pulas dalam rangkulan tangan kiri, sementara tangan kanan mesti pegang setang, melintasi jejalanan kota mulus berlapis aspal maupun jejalanan kampung bak "ampyang gula kacang", yang lebih banyak bebatuan dari mulusnya. Si kecil ini seratus persen mengandalkan perlindungan dan tanggungjawab orang tuanya. Si kecil ini secara utuh penuh menyeluruh menaruh kepercayaan kepada keamanan bersepeda motor orang tua yang tidak akan mencelakakannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline