Lihat ke Halaman Asli

Bayu Samudra

TERVERIFIKASI

Penikmat Semesta

Saudaraku di Kampung Halaman, Izinkan Aku Menangis Kala Lebaran Tiba

Diperbarui: 9 Mei 2021   14:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surat untuk sanak saudara di kampung halaman (foto dari pixabay.com)

Dear Saudaraku di kampung halaman.

Aku tau lebaran kali ini masih sama. Nuansa penderitaan. Dulu kita meyakini bahwa covid bakal sirna, nyatanya tambah ganas dan bermutasi. Dulu kita anggap pembatasan sosial bertahan hanya seumur jagung, nyatanya diperpanjang dan diperketat.

Hidup berdampingan dengan virus yang tiba-tiba menyerang itu menakutkan. Terlebih banyaknya aturan agar semua orang tak mudik lebaran. Percuma melakukan tes kesehatan sebelum keberangkatan. Kalau di tengah perjalanan, kita diminta putar balik. Benar-benar dilarang kembali pulang.

Dear Saudaraku di kampung halaman. Bagaimana kabarmu saudaraku? Semoga baik-baik saja. Seberapa besar keponakan kecilku sekarang? Apakah sudah bisa berlari? Tak sabar aku ingin melihat selucu apa tingkah keponakanku itu. Oh iya, bisnis makanan ringan adik ipar tambah besar ya? Beberapa hari lalu, aku membeli produknya di sini. Enak, gurih, dan renyah.

Dear Saudaraku di kampung halaman. Apakah parsel lebaran dariku sudah tiba di sana? Semoga kalian suka ya? Hanya sedikit, gak mahal, dan kualitas lokal. Senang rasanya bila para saudaraku menerimanya dengan penuh suka cita, kebahagiaan. Itung-itung oleh-oleh, meski diriku belum tiba di sana.

Dear Saudaraku di kampung halaman. Aku yakin kamu pasti memahami keadaan sulit ini. Situasi semakin memburuk. Meski di negeri kita sendiri dapat dikatakan masih aman. Tapi kita semua tak ingin, bila suatu hari nanti negeri kita mengalami kejadian serupa India. Pasti jauh lebih buruk dan kita pasti tidak berharap hal itu terjadi.

Dear Saudaraku di kampung halaman. Terima kasih atas pengertiannya. Rindu ini memang sudah tak tertahankan. Ingin rasanya memeluk dirimu walau hanya seperempat menit. Ingin rasanya menggendong keponakan kecilku meski cuma setengah menit. Dan keinginan lainnya yang harus aku tahan, entah sampai kapan.

Dear Saudaraku di kampung halaman. Aku berharap, suatu saat nanti kita dapat berjumpa bertatap muka. Merasakan kehangatan pelukan. Merasakan kebersamaan bersenda gurau. Menikmati sajian panas sayur lodeh dengan ketupat. Menikmati secangkir wedang bersama rempeyek kacang tanah.

Dear Saudaraku di kampung halaman. Aku sangat yakin kamu juga merindukan diriku. Aku memohon kepadamu untuk tidak mengunjungiku. Di sini jauh lebih berbahaya. Biarkan aku sendiri saja di sini. Aku tak ingin membahayakan kesehatan keluarga saudaraku. Meski ini berat. Ini demi kebaikan kita bersama.

Dear Saudaraku di kampung halaman. Tuhan pasti segera menyudahi derita ini. Hanya saja kita tidak tau kapan waktu tepatnya. Yakinlah, cepat atau lambat kita pasti bertemu. Bersabarlah. Ini salah satu bagian ujian Tuhan bagi para hambaNya. Tidak perlu memaksakan kehendak. Cukup tahan rindu yang menggebu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline