Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Aliem

ASN di Badan Pusat Statistik.

Berbakti dengan Pensil di Jemari

Diperbarui: 17 Agustus 2017   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jemari tangan menempel di dahi tepat di atas pelipis mata kananku.  Kedua kaki rapat, badan tegap, dagu kuangkat lurus memandang ke bendera sang saka merah putih. Bola mataku hanya memandang ke satu titik. Kedipan mata kuatur selambat mungkin, takut terlewat momen naiknya bendera, lambang kemerdekaan sejati.

Angin bertiup sesekali menyapu wajahku. Teduh terasa pagi ini, langit bersahabat menutup terik mentari. Khidmat, satu kata yang tercipta di pagi ini. Petugas pengibar perlahan menarik tali ke udara. Patahan gerakan nan indah membelai jiwa. Sang saka pun meluncur perlahan ke ujung tiang bendera. Diiringi lagu Indonesia Raya yang menggema di seantero nusantara. Mulutku pun tak mau kalah dengan peserta yang lain. Lantunan lagu kemenangan menyeruak ke langit. Mengabarkan ke dunia bahwa Indonesia telah 72 tahun merdeka. Terbebas dari belenggu para penjajah. Memberi waktu tuk bernafas dengan jantung sendiri, berdiri di atas kaki sendiri, dan berdaulat di tanah ibu pertiwi.

Luapan semangat mengetuk jiwa-jiwa yang haus berjuang. Tak lagi harus mengangkat senjata. Tak perlu membunuh penjajah. Namun, tantangan generasi penerus lebih berat dari para pendahulu. Mempertahankan lebih sulit daripada merebut. Apalagi di jaman ini, penjajah tak kasat mata. Boleh jadi warna kulit dan bahasanya sama dengan kita. Boleh jadi kita sebangsa,tapi mereka punya misi menghancurkan negeri sendiri. Mengganti ibu pertiwi dan menjadi penghianat di atas tanahnya sendiri.

Perjuangan belum usai kawan. Saat mentari terbit, bertebaranlah di muka bumi. Berikan yang terbaik bagi negeri. Apapun profesi yang dimiliki. Junjung tinggi janji pada negeri. Untuk berbakti hingga nafas berhenti. Lawan segala bentuk penjajahan yang menanti. Lawan dengan kerja sama yang terikat kuat dengan hati tulus mengabdi. Tak hanya sekedar untuk lembaran rupiah dalam mengisi hari. Berbuatlah dengan ikhlas tanpa pamrih. Karena jiwa raga kami, hanya untuk negeri. Mari berbakti dengan menghasilkan Data valid melalui pensil di jemari. Untukmu Indonesia, kami pejuang data Berbakti.

Barakallah. (*)

Gowa, 17 Agustus 2017

#basareng




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline