Lihat ke Halaman Asli

Serat Wulang Reh (1-5)

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bener luput, ala becik, lawan begja cilaka mapan saking badan priyangga, dudu saking wong liya, pramila den ngati-ati, sakeh dirgama singgahana den eling. (Wulang Reh, Durma-3)

(Benar salah, baik buruk, dan untung rugi, terletak pada diri sendiri, bukan karena orang lain, maka dari itu hati-hatilah, terhadap ancaman, selalulah sadar dan waspada).

+++++

1

Pamedhare wasitaning ati, cumanthaka aniru pujangga, dhahat mudha ing batine, nanging kedah ginunggung, datan weruh yen akeh ngesemi, ameksa angrumpaka, basa kang kalantur, tutur kang katula-tula. (Wulang Reh)

(Tersingkapnya ajaran hati, sok berani untuk meniru seorang pujangga/ahli kitab, hal itu sangatlah bodoh sekali, tetapi karena ingin dipuja, tidak tahu kalau banyak yang menertawakan, memaksa untuk mengarang, bahasanya kacau, kata-katanya sia-sia)

Tinalaten rinuruh kalawan ririh, mring padhanging samita. (Wulang Reh)

(Telitilah dengan sabar, supaya semua tanda kehidupan menjadi jelas)

2

Sasmitaning ngaurip puniki, mapan ewuh yen ora weruha, tan jumeneng ing uripe. (Wulang Reh)

(Tanda hidup ini, apabila tidak dimengerti, tidak akan bermakna hidupnya)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline