Lihat ke Halaman Asli

Hamka harahap

Penulis di kompasiana

Cincin Nenek yang Tak pernah kembali

Diperbarui: 7 September 2025   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis mendengarkan nenek bercerita di ruang tamu vintage yang hangat.

Sejak kecil, Sarah selalu terpesona dengan cerita Nenek tentang cincin perak yang diwariskan turun-temurun. Cincin itu, kata Nenek, bukan hanya perhiasan, melainkan penjaga kenangan dan harapan keluarga. Suatu hari, saat Nenek sudah renta dan ingatannya mulai memudar, cincin itu raib. Sarah, yang saat itu berusia sepuluh tahun, berjanji akan menemukannya.

Pencarian dimulai dari loteng rumah tua Nenek, tempat barang-barang lama menumpuk dan debu menjadi saksi bisu waktu. Sarah menggeledah kotak-kotak usang, buku-buku kuning, dan kain-kain lusuh. Ia menemukan surat-surat cinta kakek dan nenek, foto-foto masa muda mereka yang ceria, bahkan saputangan bordir milik nenek buyut. Namun, cincin itu tak jua menampakkan diri. Setiap kali ia bertanya pada Nenek, Nenek hanya tersenyum tipis, matanya jauh menerawang seolah mencari jawaban di antara bayangan.

Sarah tumbuh dewasa, tetapi janji itu tak pernah pudar. Setiap kali ia kembali ke rumah Nenek, ia selalu menyempatkan diri mencari. Ia menjelajahi taman belakang yang rimbun, tempat Nenek sering duduk merajut, dan sudut-sudut rumah yang paling tersembunyi. Ia bahkan bertanya kepada tetangga lama Nenek, berharap ada petunjuk yang terlewatkan. Namun, hasilnya nihil. Cincin itu benar-benar lenyap, seolah ditelan bumi.

Nenek akhirnya berpulang, meninggalkan Sarah dengan kenangan manis dan janji yang belum terpenuhi. Setelah Nenek tiada, Sarah memutuskan untuk membereskan barang-barang Nenek yang tersisa. Di dasar sebuah kotak kayu kecil yang selalu Nenek simpan di samping tempat tidurnya, Sarah menemukan sebuah surat tua. Tulisan tangan Nenek, meski sedikit bergetar, masih sangat dikenali.

Surat itu berisi rahasia yang tak pernah Nenek ceritakan. Nenek menulis bahwa cincin itu bukan benar-benar hilang, melainkan ia kubur di bawah pohon mawar di sudut taman. "Cincin ini terlalu berharga untuk dijual, Sarah," tulis Nenek. "Aku ingin cincin itu menjadi penjaga taman ini, seperti ia telah menjaga keluarga kita. Biarkan ia menjadi rahasia kita berdua." Sarah menangis, bukan karena kehilangan cincin, tetapi karena kehangatan dan kebijaksanaan Nenek yang tak terhingga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline