Lihat ke Halaman Asli

Band

TERVERIFIKASI

Let There Be Love

Sepotong Desember

Diperbarui: 8 Desember 2021   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber dari pixabay.com

Yang lelaki berkepala plontos sedang yang perempuan berambut kusut. Jam 13:00 di meja panjang yang pudar semua melahap makanan siang. Tidak ada suara piring berdentang, sesayup hanya suara sendokan sayur bayam dengan air yang berlebihan, sekerat tempe goreng tampak menepi di setiap piring. 

Segala anak yang berjejer itu makan tanpa suara, sementara di paling ujung ibu tua merunduk serupa dengan mereka, memakan sayur air bayam dan sepotong mendoan. Yos dan Meri memandangi mereka, pasangan muda ini juga kut makan nasi sayur bayam. 

Menu siang yang sama seakan berabad silam tak pernah merona. Tapi Meri merasakan lain, makanan sederhana ini begitu enak yang tak pernah ada sepengalaman hidup di dunia. Begitu juga suaminya Yos, lelaki itu yang pertama tandas piringnya. 

Bola mata indah Meri melirik suami gantengnya yang mulai malu-maluin, bola mata perempuan ini berbinar-binar, bibir merah jambunya basah oleh liuran sayur. Gantian Yos menyipitkan kedua matanya, seakan baru pertama kali melihat istrinya makan bergaya demikian.

Kamu jangan rakus, sayang! Bisik suami.
Kamu juga rakus! Balasnya tak kalah pelan. Kedua mereka berpandangan menahan senyum.

Sekejap, waktu makan terlampaui, anak-anak panti membawa piringnya masing-masing ke pawon yang memanjang. Anak perempuan dua  menyiapkan air untuk mengumbah piranti bekas makan, lalu mereka mencuci piring gelas, lengannya cekatan berkejaran.

Yos dan Meri menuruti langkah ibu tua asrama menuju ruang khusus, ruang empat mata atau maksimal enam mata. Ruangan yang beratap julang berhawa sejuk, karena angin alam juga sudah merambah Desember. Mereka duduk berhadap-hadapan di sebuah meja kuno yang tebal.

Kalian sudah berteguh hati? Ibu tua membuka percakapan tiga mahluk ini.
Iya, ibu! Kami sudah menyiapkan segala kalbu kami! Jawab Meri halus.

Old Lady itu menatap lelaki-perempuan dihadapannya bergantian, matanya lembut dan sinarnya sejuk namun mengandung keteguhan yang alamiah. Dia menarik udara banyak dengan perlahan.

Oke! Surat-suratpun telah kumplit. Kalian boleh membawa anak perempuan itu, tapi...Dia memutus kata, terlihat wanita beruban itu ragu.
Jangan hawatir ibu! Kami akan mengasuhnya sepenuh jiwa kami! Yos menyejukkan suasana yang patah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline